Mohon tunggu...
Dinar Okti Noor Satitah
Dinar Okti Noor Satitah Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer, Profesional MC

Kebijakan Publik dan Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Uraian Diam

3 September 2013   00:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:27 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika kata yang melintas di sana, hanyalah gumam bernada redam

Mungkinkah ku urai diam?

Atau ku bisikkan saja..?

kau berjalan pelan di depan

Pada senja permulaan, di antara jelaga yang melulur dan kabut yang akan berbaur

Meniti bukit, sebelum malam mendekap ladam

Kau haturkan temaram

Tanpa aksara, setengah mati aku mengeja

mungkin malaikat menjelma jadi pria berkacamata

Kau harus tahu, ribuan surat untukmu hanya berakhir di rak buku

Tersimpan bersama debu yang menungguku bosan jadi peragu

suaramu jadi parau

Haruskah ku bunuh waktu, yang tak pernah lelah mengejekku, “bisu..bisu..”

Agar kau tahu, aku mencintaimu!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun