Ilustrasi: bir.safderun
Belum sempat mendapat genggaman, tangan gadis itu terus menghapus air matanya sendiri tanpa letih.
Sudah cukup lama hidupnya dibasuh oleh tangis.
Ia ingin mendekap bayangannya sendiri yang terpantul dari genangan gerimis sore, bayangan hanya satu-satunya teman saat dia menagis walaupun ia akan pergi saat cahaya meredup.
Ia juga ingin menjadikan pelangi sebagai tirai penutup pilu, meski hanya diberi satu warna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!