Mohon tunggu...
Dinar Febri Budiman
Dinar Febri Budiman Mohon Tunggu... Sales - Aku tak pernah mencela hujan karena yang ku harap reda itu kecewamu

Spritual, filsafat dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wajah yang Kuyup oleh Tangis

3 Februari 2022   13:29 Diperbarui: 3 Februari 2022   13:58 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: bir.safderun

Belum sempat mendapat genggaman, tangan gadis itu terus menghapus air matanya sendiri tanpa letih.

Sudah cukup lama hidupnya dibasuh oleh tangis.

Ia ingin mendekap bayangannya sendiri yang terpantul dari genangan gerimis sore, bayangan hanya satu-satunya teman saat dia menagis walaupun ia akan pergi saat cahaya meredup.

Ia juga ingin menjadikan pelangi sebagai tirai penutup pilu, meski hanya diberi satu warna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun