Mohon tunggu...
Dinar Rahaju Pudjiastuty
Dinar Rahaju Pudjiastuty Mohon Tunggu... Lainnya - menulis fiksi dan non fiksi

Beberapa karya fiksi berbentuk cerita pendek bisa dilihat di berbagai koran. Menerjemahkan. Menulis non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kronikel si Tipot

3 Agustus 2024   09:35 Diperbarui: 3 Agustus 2024   09:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oh, Tipot, lihat. Kutulis ini adalah Kronikel Si Tipot, tapi ternyata ceritaku bergerak maju mundur, ke depan ke belakang, digresi di sana-sini. Biar sajalah Tipot, kita bersetuju bahwa waktu bukanlah sesuatu yang lurus berjalan ke depan tanpa hambatan, bukan?

Kau lapar Tipot? Ah, ini kawanmu selalu ngawur dulu sebelum memberimu makan. Ini, sekaleng tuna untukmu. Aku pun banyak pekerjaan Tipot.

Aku bekerja dulu ya, Tipot. Ini kotak untuk bermain. Aku tak bisa membawamu ke laboratorium. Kau terlalu blingsatan ingin tahu segalanya. Aku takut kau mendorong gelas menjatuhkan peralatan laboratorium. Ini bukan rumah kita, Tipot, ini hanya wahana pinjaman, milik negara, tepatnya milik militer karena misi ini di bawah jurisdiksi militer. Tepatnya milik Konfederasi Bumi, setelah Elon Musk menjadi Presiden Bumi Pertama. Ah, Bumi, kini ia tinggal dalam kenangan di benak kita dan di benak wahana ini saja Tipot. Kita tidak akan pernah kembali menjejakkan kaki di bumi. Ini kotakmu Tipot, kamu main dulu ya, atau seperti biasa, kau bisa tidur di kotak ini. Aku bekerja dulu.

Pintu laboratorium terbuka dengan desir halus, dan segera menutup kembali. Dari layar monitor di ruangan yang baru kumasuki, kulihat Tipot duduk di depan pintu, menungguku beberapa saat. Dengan kendali jarak jauh kunyalakan mesin pemberi makan. Bunyi butiran-butiran makanan kering yang berterjunan ke mangkuk di bawah dispenser menarik perhatian Tipot. Hanya dengan cara itu aku bisa mengalihkan perhatian Tipot dari pintu (dan juga mengalihkan perhatianku dari memikirkan Tipot terus-menerus)

Auriga bukanlah wahana luar angkasa yang besar, ia juga tidak membawa kargo yang banyak. Tidak terlalu tepat disebut pesawat yang melaju lurus. Auriga lebih tepat adalah gelembung ruang waktu. Ia membawaku dalam suatu wahana gelembung di dalam gelembung. Gelembung pertama adalah lapisan medan energi yang berfungsi seperti perisai yang melindungi gelembung di dalamnya, tempat aku, Tipot dan kargo berada. Tiap kali melompat dari lubang hitam ke lubang hitam berikutnya, perisai itu tergerus, dan kini sudah habis.

Tetapi tak mengapa, karena tujuan kami, yaitu Terra 2 sudah ada di depan mata. Lima tahun lagi kami akan sampai. Tak perlu mesin konvensional yang kuat untuk melakukan perjalanan lima tahun ini. Dengan gaya dorong dari planet-planet yang terlewati, Auriga seperti batu yang dilontarkan ketepel berjalan di tata surya ini sampai nanti sampai di planet yang dituju. Dan kami tak perlu kembali lagi ke Bumi. Ini adalah tiket sekali jalan.

Dari Bumi, kami tidak punya lagi sumber daya yang cukup untuk membawa banyak manusia yang disimpan dalam keadaan mati suri. Tidak ada cerita pionir yang datang dari bumi, membawa berbagai peralatan, menyiapkan cikal bakal kota di sebuah planet. Kami tak punya cukup tenaga dan sumber daya untuk melakukan perjalanan dan migrasi mewah seperti itu.

Melainkan kami membawa cukup banyak sel telur dan sel sperma dalam keadaan beku. Kami pun membawa materi genetik dari spesies lainnya yang sekiranya bisa dikombinasikan dengan materi genetik manusia. Siapa tahu hal tersebut diperlukan. Secara teori, Terra 2 memang mirip Bumi, tapi kami tak pernah tahu seperti Bumi pada jaman kapan? Seandainya nanti sampai di Terra 2, aku akan meluncurkan wahana-wahana pengamat yang memantau atmosfir, permukaan, dan lautan Terra 2.

Di Auriga ini juga aku membawa beberapa rahim buatan. Rahim-rahim ini dibuat setengah jadi di laboratorium di bumi. Rahim hidup yang zat-zat nutrisi dan daya regenerasinya ditopang sistem penunjang kehidupan mekanik milik Auriga. Setelah rahim-rahim itu setengah jadi, rahim-rahim tersebut dibekukan dan dibawa olehku menuju planet Terra 2 ini.

Sesuai protokol, sistem Auriga membangunkanku selaku manusia operator di proyek ini (operator lainnya adalah mesin belaka). Pekerjaanku memastikan semua berjalan sesuai rencana. Memeriksa keadaan sel-sel telur dan sperma yang tersimpan dan mulai mencairkan rahim setengah jadi ini. Lalu aku memantau kesehatan rahim-rahim buatan ini sampai rahim tersebut siap untuk membuat manusia baru. Homo novus.

Nanti, selama beberapa tahun, wahana Auriga akan mengorbit di atas Terra 2, maka aku akan mulai menguji coba rahim-rahim ini dengan menyimpan sel telur di indung telur, lalu membiarkannya tanpa dibuahi sampai kemudian rahim ini menggugurkan dan melejitkan sel telur dan jaringan yang tidak dibuahi ini keluar. Ini semacam pemanasan dan untuk memastikan rahim-rahim buatan ini bekerja baik, sambil aku dibantu mesin operator, menganalisis informasi keadaan planet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun