Mohon tunggu...
Dinar PutriHerlambang
Dinar PutriHerlambang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

As a motivated undergraduate student in Political Science College student major of Airlangga University Surabaya, I am also highly active and motivated person who able work in team , willing to learn something new and able to work efficiently. Interested in crew event, branding, social media, and photography.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Masyarakat Indonesia di Tengah Era Globalisasi

13 Juni 2022   16:20 Diperbarui: 13 Juni 2022   16:31 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tatanan dalam kehidupan telah membawanya ke ranah internasional. Ini berlaku untuk berbagai lini kehidupan. Misalnya dalam bidang politik, sosial, ekonomi, agama, dan khususnya dalam bidang teknologi dan budaya. Masyarakat di era sekarang ini bisa dikatakan cukup sulit untuk menghindari derasnya arus perubahan yang disebabkan oleh kecanggihan teknologi informasi. 

Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang secara tidak langsung dan mau tidak mau 'dipaksa' untuk jatuh ke dalam 'Era Globalisasi'. Hal ini kemudian menjadi tantangan bagi generasi muda yang dicanangkan sebagai penentu masa depan bangsa. 

Kalau dipikir-pikir, saat ini generasi muda lebih dominan memilih menghabiskan waktu dengan berbagai fitur aplikasi di gadgetnya daripada menghabiskan waktu menjelajah dan mempelajari budaya nusantara. 

Pusat perbelanjaan modern, gedung bioskop dan juga tempat-tempat yang memberikan hiburan seperti karaoke dan lain-lain juga lebih diminati generasi muda dibandingkan sanggar seni yang menyuguhkan budaya lokal. Pengetahuan tentang budaya asing terkadang membuat orang lebih tertarik dan menyukainya daripada budaya lokalnya sendiri. 

Meski begitu, kita tidak boleh naif jika zaman sekarang serba modern, namun kita harus tetap berpegang pada adat dan budaya nusantara tempat kita tinggal dan dilahirkan. Kemudian banyak budaya asli Indonesia yang diklaim sebagai salah satu identitas negara. Misalnya, ketika negara tetangga mengklaim Reog Ponorogo, Lagu Soleram atau Tari Pendet. 

Masyarakat Indonesia sangat marah bahkan marah dengan fenomena ini. Namun jika kita menengok ke belakang, banyak dari kita yang belum mencoba untuk mengetahui, mempelajari, bahkan merasa bahwa kita termasuk dalam kesenian daerah. 

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab untuk memelihara budaya lokal terletak pada generasi muda saat ini dan yang akan datang. Jika hal ini sudah dilakukan, sudah saatnya generasi muda menerobos pusaran globalisasi dengan tetap berpegang pada budaya yang ada. Tanggung jawab ini tentu tidak mudah mengingat estafet budaya bangsa harus diwariskan kepada generasi mendata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun