Sendiri memang sepi sunyi. Sendiri memaksa ku untuk bisa bicara sendiri. Sendiri juga memaksa ku untuk mengerti hati sendiri. Sendiri juga meminta ku untuk berpikir sendiri.
Sendiri menemukanku saat sedang sendiri. Sendiri berkata bahwa saat itu aku terkulai terlukai. Sendiri merawatku sendiri. Sendiri ajarkan ku cara berkelahi.
Sendiri memang maunya sendiri. Aku selalu diberitahu olehnya bahwa lebih baik sendiri. Sendiri berkata bahwa aku tidak perlu berlari. Sendiri memaksaku untuk tenang sendiri.
Sendiri selalu bercerita tentang getirnya dahulu menanti-nanti. Tentang getirnya dahulu mencari-cari. Tentang getirnya dahulu bertahan demi cinta sendiri. Sendiri selalu mengingatkanku masa lalu lalu yang lebih buruk dari masa kini.
Sendiri sudah ada cukup lama di sini. Sendiri selalu berkata, "sabar, ada saatnya aku pergi!". Sendiri selalu meyakinkan bahwa dia tidak akan selamanya menemani. Sendiri berkata bahwa nanti hatiku akan terisi.
Aku tahu aku bosan sendiri. Tapi sendiri teman ku yang sejati. Sendiri memaksaku untuk berdiri. Tegap penuh rasa pasti. Sendiri memaksaku mengelap air mata sendiri. Sendiri membuat ku tegar penuh empati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H