Mohon tunggu...
Dinar Dwi Prasetyo
Dinar Dwi Prasetyo Mohon Tunggu... Peneliti di Bidang Sosial Ekonomi -

sedang melawan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahasa Indonesia, Bukan Lagi Sekedar Lingua Franca Nusantara

24 Januari 2016   21:21 Diperbarui: 25 Januari 2016   08:47 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bicara tentang Indonesia, berarti bicara tentang keragaman. Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau di dalamnya. Membentang dari ujung Pulau Weh hingga Kota Merauke. Kondisi geografis ini sangat mendukung bagi tumbuhnya keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Ketika kita melihat ke barat, kita akan bertemu agungnya kebudayaan beraroma Melayu. Ketika kita melihat ke timur, kita akan disambut oleh luar biasanya budaya ala Austronesia. Dihuni oleh hampir 250 juta penduduk, Indonesia punya keragaman suku, budaya, dan tentunya bahasa di dalamnya.

Bahasa Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai lingua franca. Lingua franca (bahasa Latin yang artinya adalah "bahasa bangsa Franka") adalah sebuah istilah linguistik yang artinya adalah "bahasa pergaulan" di suatu tempat di mana terdapat penutur bahasa yang berbeda-beda. Ya, Bahasa Indonesia, yang diramu oleh para pendiri bangsa, memang selama ini menjadi penghubung berbagai elemen masyarakat, suku, dan budaya. Bahasa Indonesia bukan hanya milik satu suku, bukan milik Suku Jawa yang mayoritas, dan juga bukan milik Suku Melayu yang paling mirip bahasanya. Bahasa yang satu dan dipahami seluruh elemen negeri ini, memungkinkan kita berkomunikasi tanpa batas-batas lingual. Dari situ kemudian tercipta hubungan bahu-membahu membangun bangsa.

Setelah berdekade Bahasa Indonesia menunjukkan kontribusinya di nusantara, sekarang Bahasa Indonesia mulai memancanegara. Bahasa Indonesia yang dikenal indah dan modern mulai mencuri hati penduduk Malaysia, Singapura, dan Brunei yang berbahasa Melayu. Buktinya, mulai banyak sekali kosakata bahasa Indonesia yang diserap dalam bahasa Malaysia, sebut saja “pacar”, “luwes”, “banget”, “mantan”, “cewek”, dan sebagainya. Seorang pakar bahasa dari Indonesia memberikan kesaksiannya, bahwa orang Melayu dari Malaysia, Singapura, dan Brunei gemar mempelajari bahasa Indonesia. “Bahasa Indonesia itu tampaknya sudah seperti bahasa yang lain. Orang-orang Melayu gemar sekali.” tutur Prof. Drs. H. Mbiyo Saleh, MA., Guru Besar Bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Jakarta.

Bukti lain juga sebenarnya bisa dilihat dari bagaimana karya-karya anak bangsa berbahasa Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Brunei laris manis bak kacang goreng. Bahkan, menurut salah satu penyanyi legendaris asal Malaysia, Amy Search, “Jam 10 malam ke atas, Malaysia sudah seperti Jakarta karena semua radio menyiarkan lagu-lagu Indonesia sampai pagi hari”. Kekaguman malah ditunjukkan oleh seorang penyanyi Singapura, Aisyah Aziz "Saya selalu menyukai lagu Indonesia. Cara kalian mengatakan alfabet, A-B-C saja sudah bernada. Cara kalian berbicara seperti bermelodi. Kalian berbicara dengan melodi yang indah”.

Selain ke negeri seberang, ternyata Bahasa Indonesia sudah memulai perjalanan lintas benua. Ya, bahasa Indonesia sudah masuk dalam jajaran bahasa Internasional. Kenapa internasional? Karena Bahasa Indonesia tidak hanya dituturkan atau dipelajari di Indonesia dan sekitarnya tetapi juga di negara-negara lain nun jauh disana. Sebut saja Vietnam, Jepang, Mesir, dan Rusia. Beberapa sekolah di negara-negara tersebut sudah mengajarkan Bahasa Indonesia dalam kurikulum pendidikannya. Negara piramid dan sphinx, Mesir, baru saja membangun Pusat Studi Indonesia. Pusat studi yang berada di Suez Canal University ini salah satunya mempelajari secara mendalam Bahasa Indonesia.

Di dunia olah raga, Bahasa Indonesia juga mulai eksis. Sebut saja klub sepakbola Juventus, Intermilan, dan AC Milan. Tiga klub sepak bola di Italia ini telah meluncurkan situs resmi mereka dalam bahasa Indonesia. Merupakan sebuah kebanggaan karena bahasa Indonesia menjadi satu dari tiga sampai empat bahasa yang dipakai dalam situs-situs tersebut.

Semakin meluasnya eksistensi dan pengaruh Bahasa Indonesia ini merupakan sebuah kebanggaan. Namun, tentunya ini juga merupakan kesempatan bagi kita Bangsa Indonesia. Kekuatan Bahasa Indonesia dapat menjadi “soft power” dalam hubungan antar bangsa. Melalui bahasa yang dikemas dalam karya-karya, kita bisa mentransfer nilai-nilai Indonesia ke mancanegara. Dari sudut pandang materialis, meluasnya pemakaian Bahasa Indonesia dapat menjadi senjata dalam hubungan ekonomi antar negara. Hal yang kemudian harus dilakukan adalah bagaimana kita memastikan kualitas Bahasa Indonesia agar tetap terjaga dari generasi muda hingga tua. Jadi, ayo kita semua bangga berbahasa Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun