[caption id="attachment_342085" align="aligncenter" width="338" caption="doc pribadi/ A. Ibu siti Oded memegang karya ibu-ibu SP dan IIDN, B. Ibu Siti Oded dan Teh Indari Mastuti, C. Diskusi IBU Siti dan Ibu-Ibu SP "][/caption]
Berkunjung ke rumah dinas Wakil Walikota Bandung, Oded M. Danial, Kami dari Sekolah Perempuan binaan Indari Mastuti disambut dengan hangat oleh Ibu Wakil walikota Siti Muntamah. Tidak hanya senyuman dan pelukan yang kami dapatkan, tetapi semangkuk soto Madura buatan tangan Ibu Siti sendiri membuat kenyang perut kami. Betul-betul salut dengan aktivitasnya yang banyak dan tanpa pembantu rumah tangga, beliau masih bisa menyempatkan diri memasak untuk kami.
Kunjungan ke rumah dinas wakil walikota merupakan undangan dan salah satu rangkaian kegiatan Sekolah Perempuan (SP) angkatan ke-4. Pada pertemuan itu, founder SP, Indari mastuti menjelaskan bahwa “Sekolah Perempuan merupakan wadah bagi perempuan untuk belajar banyak hal, sesuai minat. Program yang kini sedang berlangsung adalah belajar menulis selama tiga bulan. Target masing-masing peserta berhasil menerbitkan satu buku. Pelatihan berlangsung setiap Sabtu, online dan offline, selama tiga bulan. Kegiatan ini dipandu oleh tim pengajar yang berpengalaman di bidangnya.” Mendengar penjelasan Indari Mastuti dan mendengar kata 'Sekolah Perempuan', Ibu Siti sangat antusias. "Sangat menarik, sebuah nama yang sangat spesifik ‘perempuan’,” ujar beliau.
Berbicara tentang perempuan, Ibu Siti berbagi cerita tentang permasalahan perempuan dan anak di kota Bandung, yang sedang serius ditangani. Berdasarkan data yang diterima dari Tim P2TP2A Provinsi Jawa Barat, kekerasan terhadap anak, jumlah korban KDRT dan Trafficking di kota Bandung cukup tinggi. Tahun 2013, sebanyak 71 kasus anak, 57 kasus KDRT, 27 kasus trafficking. “Masih ingat kasus Emon yang menggemparkan. Perlu bertahun-tahun anak-anak korban si Emon untuk bisa hidup normal, oleh karena itu perlu penanganan yang lebih lanjut, jangan sampai muncul generasi Emon selanjutnya,” ujar beliau.
Beliau mengatakan permasalahan-permasalahan yang ada sekarang ini tidak lain karena ketahanan keluarga yang rapuh. Akibat perekonomian keluarga yang tidak menentu, banyak para perempuan menjadi TKW, tetapi setelah menjadi TKW, bukan uang yang didapatkan malah siksa yang didapatkan. Anak-anak yang ditelantarkan, kurang pengawasan dan pengetahuan dari orangtua, menjadi sasaran empuk para penjahat seksual. Masalah kecil seringkali menjadi besar, karena tidak adanya komunikasi atau kerjasama dalam menyelesaikan masalah keluarga, yang ujung-ujungnya adalah perceraian dan KDRT.
Pada akhir pertemuan, beliau mengatakan “Perempuan seharusnya lebih mengerti kesulitan perempuan lain, oleh karena itu, saya harapkan perbanyaklah tulisan-tulisan yang bisa mengedukasi dan menginspirasi perempuan . Perbanyaklah tulisan mengenai bagaimana mewujudkan ketahanan keluarga dan bagaimana mendidik generasi yang akan datang. Selain tulisan, adakan juga acara-acara untuk para perempuan, baik seminar, pelatihan sebagai salah satu kepedulian kita terhadap perempuan lain.”
Yuk, buat para perempuan, apapun profesi anda, tebarkan nilai manfaat bagi perempuan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H