Mohon tunggu...
Dinar putri huri
Dinar putri huri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan pribadi yang tertarik untuk mengembangkan kemampuan diri, mampu belajar dengan cepat, mudah beradaptasi, memiliki kemampuan berpikir secara analitis dan memiliki dedikasi yang tinggi, saya jujur, percaya diri, dan komitmen. Saya menyukai isu-isu sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Media Sosial terhadap Gaya Komunikasi Generasi Z

6 Desember 2024   17:00 Diperbarui: 6 Desember 2024   17:08 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media sosial telah mengubah cara kita berkomunikasi, Bagi Generasi Z, media sosial bukan hanya sekadar sarana hiburan, tetapi juga menjadi platform utama untuk berinteraksi dan mengekspresikan diri. Generasi ini tumbuh dengan internet di tangan mereka, sehingga gaya komunikasi mereka berbeda secara signifikan dari generasi sebelumnya. Penggunaan media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari Generasi Z, memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Melalui platform-platform ini, Generasi Z merasa memiliki ruang untuk mengekspresikan diri secara bebas, tetapi juga rentan terhadap risiko seperti mengabaikan interaksi sosial di dunia nyata dan terpapar pada perilaku negatif seperti cyberbullying. Bahasa yang digunakan di media sosial, termasuk campuran kode dan bahasa gaul, mencerminkan adaptasi mereka terhadap perubahan lingkungan digital, serta usaha untuk menciptakan hubungan yang lebih akrab dan santai dalam percakapapan online. Meskipun media sosial memberikan kesempatan bagi Generasi Z untuk berinteraksi danberkomunikasi dengan lebih mudah, perlu diperhatikan bahwa penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan dan mengurangi interaksi sosial langsung. Selain itu, risiko terpapar pada konten yang merugikan dan perilaku negatif di media sosial, seperti cyberbullying, dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional Kecepatan Komunikasi: Informasi Cepat, Respons Instan

Generasi Z sangat terbiasa dengan informasi instan dan cepat. Melalui media sosial, mereka bisa mendapatkan informasi hanya dalam hitungan detik, tanpa harus menunggu lama. Fitur seperti stories yang hilang dalam 24 jam dan real-time updates mendorong mereka untuk berbagi momen secara cepat dan singkat. Dampaknya, gaya komunikasi mereka cenderung singkat, langsung, dan tidak bertele-tele.

Kecepatan ini menciptakan tantangan tersendiri, terutama ketika mereka harus berkomunikasi dalam konteks yang membutuhkan kedalaman atau penjelasan lebih lanjut, seperti dalam pendidikan atau pekerjaan. Generasi Z perlu belajar menyesuaikan kecepatan komunikasi mereka sesuai dengan situasi dan konteks yang ada.

Penggunaan Bahasa Visual: Gambar Lebih dari Kata-Kata 

Generasi Z, yang tumbuh di era media sosial, lebih cenderung menggunakan gambar, meme, video pendek, dan emoji untuk berkomunikasi daripada menulis kalimat panjang. Mereka lebih suka mengungkapkan perasaan atau pendapat melalui gambar atau simbol karena cara ini lebih cepat dan mudah dimengerti. Bahasa visual ini memungkinkan pesan sampai dengan cepat dan efektif, terutama di platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter.

Namun, meskipun cepat dan praktis, komunikasi dengan gambar atau simbol kadang bisa membuat pesan yang disampaikan kurang jelas atau bahkan salah dimengerti. Misalnya, sebuah emoji atau meme bisa memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda, tergantung pada konteks atau pengalaman masing-masing. Oleh karena itu, meskipun bahasa visual efektif dalam menyampaikan pesan secara singkat, kadang pesan tersebut tidak selalu mendalam atau bisa dipahami dengan cara yang sama oleh semua orang.

Tantangan dalam Komunikasi Interpersonal

Generasi Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012, tumbuh dalam era digital yang sangat maju, di mana komunikasi melalui media sosial, pesan singkat, dan aplikasi chatting menjadi hal yang biasa. Akibatnya, mereka lebih sering berkomunikasi lewat teks atau pesan singkat, ketimbang berbicara langsung dengan orang lain. Hal ini berpotensi membuat mereka kesulitan dalam berkomunikasi secara tatap muka, terutama dalam memahami aspek-aspek nonverbal, seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau nada suara, yang sangat penting dalam komunikasi langsung.

Dalam komunikasi tatap muka, kita tidak hanya menyampaikan pesan lewat kata-kata, tetapi juga lewat cara kita menggerakkan tubuh, ekspresi wajah, atau bahkan kontak mata. Kemampuan untuk membaca petunjuk-petunjuk ini penting karena membantu kita memahami perasaan dan reaksi orang lain, yang tidak selalu bisa dijelaskan dengan kata-kata. Misalnya, seseorang mungkin mengatakan "Saya baik-baik saja," namun dengan ekspresi wajah yang cemberut atau suara yang lemah, kita bisa menangkap bahwa sebenarnya mereka sedang tidak merasa baik-baik saja. Keterampilan seperti ini sangat berguna dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan efektif.

Namun, bagi Generasi Z, yang lebih banyak berkomunikasi lewat teks, kemampuan ini bisa kurang berkembang. Dalam chatting, tidak ada ekspresi wajah atau bahasa tubuh yang bisa membantu mereka memahami maksud orang lain. Ini bisa membuat mereka kesulitan dalam menghadapi situasi sosial di mana interaksi langsung dibutuhkan. Misalnya, di dunia kerja, kemampuan untuk berbicara dengan percaya diri, menyampaikan ide, atau bekerja sama dengan rekan kerja secara langsung sangat diperlukan. Tanpa keterampilan ini, mereka mungkin merasa canggung atau tidak nyaman dalam pertemuan tatap muka, meskipun mereka sangat terampil dalam menggunakan teknologi untuk berkomunikasi.

Oleh karena itu, meskipun Generasi Z sangat ahli dalam berkomunikasi melalui teknologi digital, penting bagi mereka untuk tetap melatih keterampilan komunikasi tatap muka. Mereka perlu belajar untuk lebih peka terhadap ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan tanda-tanda nonverbal lainnya agar bisa berinteraksi dengan lebih efektif. Keterampilan ini akan sangat berguna, tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga di dunia profesional, di mana komunikasi langsung masih menjadi hal yang penting. Untuk itu, sangat penting bagi mereka untuk menemukan keseimbangan antara kemampuan berkomunikasi secara digital dan tatap muka, agar bisa beradaptasi dengan berbagai situasi sosial dan pekerjaan di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun