"Ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya)"
(Sumber)
Ekspresi juga dapat tertuang lewat seni. Dengan cara ini, saya tidak harus melampiaskan semua emosi semata saya dengan orang lain. Selain menenangkan emosi saya, saya juga tidak perlu menyakiti orang lain. Apa yang saya suka dari seni? Saya sangat bahagia sekali bisa menunjukan ekspresi saya. Tapi, tidak semua kata hati saya harus saya lampiaskan untuk orang lain dengan ekspresi saya. Dengan seni, saya dapat mengekspresikannya dengan bebas. Layaknya sang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia Affandi Koesoema. Menjadi salah satu inspirasi saya untuk terjun kedalam dunia seni. Beliau gemar sekali melukis. Karyanya sangat dikenal dengan ciri khasnnya yakni melukis dengan gaya Ekspresionisnya. Dengan Lukisannya yang membuat Indonesia bahkan dunia Internasional terpukau karena keahliannya.Mungkin karya saya sangat berbeda dengan sang Maestro ternama Indonesia yakni Affandi. Namun ada suatu kemiripan atau kesamaan yang saya miliki sama seperti beliau. Saya suka sekali melukis atau menulis dengan meluapkan semua emosi saya. Menurut saya, hal ini dapat membuat suatu goresan seni menjadi lebih intens. Saya merasa bahwa bahwa seni sangat bermanfaat sekali untuk saya. Pernah sekali waktu, saat saya masih kecil dan duduk dibangku sekolah dasar. saya suka membuat cerita dengan karangan saya sendiri dengan aliran fiksi. Pertama kali saya belajar menulis dikomputer saya menunjukannya kepada orang tua saya. Mereka sangat suka dengan karya saya. Saya juga menunjukannya kepada teman-teman saya. Dan mereka juga sangat senang membaca karya saya.
Sampai akhirnya teman-teman saya yang lain juga mengetahui karya tulis saya tersebut dan sangat antusias untuk membacanya. Mereka pun meminta saya untuk menulis kembali dan mereka juga sampai membayar saya dengan cerita yang saya buat. Saya pun sangat senang bahwa saya dapat membuat mereka senang dengan karya saya. Hal ini merupakan pengalaman terbaik saya saat saya masih duduk dibangku sekolah dasar. Saat itu saya masih kelas 3 SD. semakin lama, keinginan saya untuk menulis semakin pudar. Selain karena bertambahnya usia, tugas-tugas sekolah saya yang semakin berat, juga menjadi kendala bagi saya. Lama-kelamaan jiwa seni saya yang gemar menulis itu hilang.
Sampai ketika saya menduduki bangku SMA. Saya mulai menggemari novel Indonesia. Dan mulai membaca beberapa Novel Indonesia. Beberapa novel yang sudah saya baca adalah Dear Nathan karya Erisca Febriani, A: Aku Benci dan Cinta karya Wulan Fadila Fatia, Dear Julian karya Wulan Fadila Fatia, The Bad Boy in Suit karya Yessy N dan masih banyak yang lain. Karena saya membaca novel-novel berikut. Membuat saya menjadi sadar bahwa seni menulis yang pernah saya punya dahulu sudah hilang. Saya memiliki niat untuk menulis lagi. Meski harus belajar dari awal saya juga bahagia dapat mengasah lebih lagi kemampuan saya dalam menulis. Karena semakin lama saya semakin mengerti bagaimana cara untuk menulis lebih baik.
Dengan membaca lebih banyak, saya juga dapat belajar lebih banyak lagi. Selain itu saya juga senang dengan adanya Kompasiana dapat memudahkan saya untuk menyebarkan tulisan saya. Kompasiana menjadi wadah untuk menampung ide-ide saya yang ingin saya bagikan untuk orang lain. Dan saya ingin lebih mengasah kemampuan saya dalam seni. Karena menurut saya selain pendidikan yang harus kita gapai tinggi. Seni juga sangat penting demi membangun masyarakat yang kreatif dan juga berpikir kritis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H