Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang psikologi, terdapat kecenderungan yang semakin kuat untuk mengadopsi pendekatan yang holistik dan inklusif. Salah satu pendekatan yang patut dicermati adalah integrasi paradigma bayani, burhani, dan irfani ke dalam psikologi kontemporer. Ketiga paradigma ini berasal dari tradisi intelektual Islam, masing-masing dengan karakteristik yang unik. Bayani menekankan pentingnya otoritas tekstual dan wahyu, burhani menyoroti rasionalitas serta argumentasi logis, sedangkan irfani lebih mengedepankan intuisi dan pengalaman spiritual. Dengan integrasi yang bijaksana dari ketiga paradigma ini, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan efektif dalam menangani berbagai isu psikologis di zaman modern.
 Apa itu paradigma Bayani, Burhani, dan Irfani ?
1. Paradigma bayani
Paradigma bayani berakar pada tradisi keilmuan Islam yang mengutamakan pemahaman teks suci, seperti Al-Qur'an dan Hadis, sebagai sumber utama pengetahuan. Dalam psikologi, pendekatan bayani dapat digunakan untuk memahami nilai-nilai moral dan etika yang membentuk perilaku manusia. Misalnya, konsep seperti sabar, syukur, dan tawakkal dalam Islam memiliki implikasi langsung pada kesejahteraan psikologis individu. Salah satu ayat yang relevan yaitu surah Al-Baqarah ayat 155:
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155)
Konsep ini menunjukkan pentingnya sikap sabar dalam menghadapi ujian kehidupan, yang memiliki relevansi besar dalam terapi psikologi berbasis agama.
2.Paradigma burhani
Paradigma burhani, di sisi lain bersandar pada metode rasional dan saintifik. Dalam konteks psikologi, paradigma ini sejalan dengan pendekatan empiris yang menjadi dasar ilmu psikologi modern. Misalnya, teori-teori psikologi kognitif atau perilaku yang didasarkan pada eksperimen dan pengamatan mendalam mencerminkan esensi dari burhani. Al-Qur'an juga mengapresiasi pentingnya penggunaan akal untuk memahami fenomena kehidupan terdapat dalam surah Ali Imran ayat 190 :
"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal." (QS. Ali Imran: 190)
Konsep ini menekankan pentingnya merenungi kebesaran Allah dalam alam semesta, yang mendorong refleksi, pikiran positif, pengembangan akal, pemaknaan hidup, dan spiritualitas, sehingga meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional.
3.Paradigma irfani