Mohon tunggu...
Dina Qurotha Aini
Dina Qurotha Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

We are born to be real not perfect, so be yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dualisme Pikiran-Tubuh Descartes: Pencarian Kepastian dan Kritik Filosofi

11 Januari 2024   21:19 Diperbarui: 11 Januari 2024   21:33 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ren Descartes (1596--1650) adalah seorang filsuf Perancis dan dianggap sebagai salah satu pendiri filsafat modern. Ia juga dikenal dengan teori dualisme pikiran-tubuh, yang menyatakan bahwa pikiran dan tubuh adalah dua substansi yang terpisah dan berbeda. Menurut Descartes, pikiran adalah substansi  berpikir, sedangkan tubuh adalah substansi yang berkembang. Pikiran tidak memiliki ukuran atau bentuk, tetapi tubuh memilikinya. Pikiran tidak dapat diamati dengan indera, namun tubuh dapat diamati dengan indera. Descartes mengembangkan teori dualisme pikiran-tubuh melalui metodologi skeptisisme.

Cara ini dimulai dengan mempertanyakan segala sesuatu yang dapat diragukan, termasuk keberadaan Anda sendiri. Namun, Descartes menemukan bahwa meskipun seseorang dapat meragukan keberadaan orang lain, seseorang tidak dapat meragukan keberadaan dirinya sendiri sebagai makhluk yang berpikir. Pada titik ini, Descartes dengan terkenal mengatakan, ``Cogito, ergo sum,'' yang berarti ``Saya berpikir, maka saya ada. ''Pernyataan ini menegaskan kepastian keberadaan pikiran, karena keberadaannya tidak diragukan lagi. Descartes mengakui bahwa pikiran dan tubuh dapat berinteraksi, namun ia tidak dapat menjelaskan bagaimana hal ini bisa terjadi.

Ia berpendapat bahwa hubungan antara pikiran dan tubuh adalah sebuah misteri yang tidak dapat dipahami  manusia. Dualisme pikiran-tubuh Descartes  dikritik oleh banyak filsuf. Beberapa kritikus menganggap teori ini tidak masuk akal karena pikiran dan tubuh adalah  substansi yang sangat berbeda. Kritikus lain berpendapat bahwa teori ini gagal menjelaskan bagaimana pikiran dan tubuh berinteraksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun