Mohon tunggu...
Dina Qurotha Aini
Dina Qurotha Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

We are born to be real not perfect, so be yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Dialektika Hegel dalam Fenomena Collage Brawl di Era Media Sosial

17 November 2023   23:21 Diperbarui: 18 November 2023   00:10 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tokoh filsafat yang dikenal sebagai pionir pemikiran mendalam dan kompleks dalam dunia filsafat adalah Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Salah satu konsep sentral dalam pemikirannya adalah dialektika, suatu pendekatan yang melihat konflik dan pertentangan sebagai kekuatan yang mendorong perubahan dan perkembangan. Dialektika Hegelian tidak hanya merupakan konsep filosofis, tetapi juga metode untuk memahami bagaimana ide dan kontradiksi saling berinteraksi, berkembang, dan menghasilkan sintesis baru.

Asal mula dialektika Hegelian dapat ditarik dari pemikiran filosofis sebelumnya, seperti Fichte yang mengusung idealisme subjektif dan Schelling yang menganut idealisme absolut. Hegel memandang keduanya sebagai "tesis" dan "antitesis" yang perlu diatasi melalui pengembangan konsep "sintesis". Dialektika, yang berasal dari kata Yunani yang artinya "berargumen", merupakan aktivitas untuk meningkatkan kesadaran diri dari pikiran dengan memberikan tempat yang tepat pada semua objek pemikiran dalam keseluruhan secara rasional.

Hegel percaya bahwa objek yang tampaknya independen pada akhirnya harus diubah menjadi keseluruhan dalam pikiran. Dialektika diidentifikasi dengan sejarah yang berkembang seiring waktu, sebuah gerakan mirip irama Waltz dari tesis ke antitesis dan menuju sintesis, yang setiap langkahnya merupakan tahap yang lebih tinggi dalam perkembangan diri yang mutlak. Proses dialektika terdiri dari tiga fase: tesis, antitesis, dan sintesis. Sintesis mengandung tiga arti, yaitu mengesampingkan, merawat atau menyimpan, dan ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi.

Sebagai contoh konkret, kita dapat mengambil fenomena permainan "Collage Brawl" yang menjadi viral di TikTok. Meskipun permainan ini menawarkan keberagaman karakter dan kemampuan yang unik, popularitasnya diiringi oleh kontroversi karena kontennya yang dianggap meresahkan. Banyak warganet menyuarakan keprihatinan terkait kekerasan, unsur seksual, dan potensi risiko keamanan data karena permainan ini tersedia di situs pihak ketiga.

Dalam kesimpulan, perbincangan di media sosial terkait "Collage Brawl" mencerminkan kompleksitas hubungan antara popularitas permainan, keamanan kontennya, dan respon masyarakat. Terdapat upaya bersama untuk menciptakan pengalaman permainan yang aman dan sesuai dengan nilai-nilai masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun