Mohon tunggu...
Dina Qurotha Aini
Dina Qurotha Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

We are born to be real not perfect, so be yourself

Selanjutnya

Tutup

Politik

Media Sosial dan Pemilihan Umum 2024: Peran, Pengaruh dan Bahaya Sarkasme dalam Komentar Politik

7 November 2023   19:54 Diperbarui: 17 November 2023   11:31 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menjelang Pemilihan Presiden, warganet menghangatkan suasana dengan membuat tagar #capres2024 di media sosial. Tagar tersebut memudahkan warganet dalam pencarian, proses politik Pemilihan Umum. Gun Gun Heryanto (2018: 53) menyatakan internet menjadi bagian utuh dari saluran penting dalam bauran promosi (promotionmix) kandidat. Kampanye politik tidak lagi sekadar memanfaatkan abovelinemedia (seperti televisi, koran, radio) dan below line media (seperti brosur, spanduk), melainkan juga memanfaatkan new media dalam hal ini (internet).

Pemilihan Presiden (pilpres) Republik Indonesia yang lazim disebut sebagai Pemilihan Umum (pemilu) merupakan salah satu agenda penting dalam sistem politik Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI) yang dilakukan setelah pemilihan lembaga legislatif. Pemilu berfungsi sebagai alat atau mekanisme rakyat pada sebuah negara atau wilayah untuk memilih pemimpin.

Pemilu tak dapat lepas dari sistem politik yang ditetapkan pada negara yang bersangkutan. Di negara demokratis, pemilu berfungsi sebagai legitimasi sebenarnya dari rakyat terhadap pemerintahan terpilih hasil pemilu. Sehingga, dukungan rakyat yang rendah menjadi ancaman untuk sistem demokrasi (Ikhsan, 2015: 144-145). Oleh karena itu, dalam rangka memenangkan suara rakyat atau memperoleh dukungan penuh, setiap kandidat melakukan kampanye.

Adanya peran media sosial dalam perkembangan dunia politik. Khususnya informasi politik dari Facebook, Twitter, Instagram, dan jejaring sosial lainnya. Pemanfaatan media sosial sekarang seakan tanpa batas, pola ketergantungan yang tinggi memberikan dampak positif dan negatif, misalnya dapat ditemui di situs jejaring sosial salah satunya Instagram. Mengenai Pemilihan Umum Presiden 2024, instagram sebagai media memberikan ruang video yang dengan mudah informasi tersebar secara cepat dan tepat. Namun, tidak dapat dipungkiri berbagai dampak yang bisa ditimbulkan karena pola tanggapan masing-masing warganet selaku pengguna media sosial yang berbeda-beda, misalnya munculnya bahasa sarkasme pada komentar mengenai video unggahan tentang Pemilihan umum 2024 yang dirinci kedalam pemilihan capres cawapres 2024.

Memaknai bahasa sarkasme pada komentar pemilihan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden di media sosial instagram, terkait aspek bentuk lingual sarkasme, referensi makna sarkasme dan fungsi emotif sarkasme yang digunakan warganet dalam berkomentar di #capres2024 sesuai dengan ilmu semantik bahwa dalam memahami makna suatu tuturan harus memahami teksnya terlebih dahulu.

Sarkasme dalam komentar #capres2024, menarik untuk dikaji serta andil dalam perkembangan bahasa Indonesia. Saat ini instagram salah satu media social yang menjadi alat media komunikasi yang paling banyak diminati. Hal ini dilihat dari ungkapan yang dipilih seseorang dalam menyampaikan kritiknya saat berkomentar. Penggunaan sarkasme yang berlebihan di media sosial, akan membuat warganet terbiasa mengonsumsi bahasa yang sarkastik. Kubu Pasangan Calon yang berjiwa politik dapat menyampaikan komentar dengan bahasa yang santun tanpa harus sarkastik kepada Pasangan Calon Presiden.

Menghadapi komentar negatif di media sosial terutama dalam isu pemilu bisa menjadi tantangan, namun terdapat beberapa cara yang dapat membantu untuk mengatasi situasi tersebut dengan bijak yaitu, Hindari merespons dengan emosi yang berlebihan atau marah, Balas komentar negatif dengan etika dan sopan santun. Hindari membuat komentar yang merendahkan atau merespons dengan sarkasme, Jangan mudah terprovokasi oleh komentar negatif. Tetap tenang dan fokus pada isu yang sebenarnya, dan jangan biarkan komentar negatif mengganggu konsentrasi dan fokus kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun