Di pinggir pantai Ancol, Jakarta. Pukul 21.00 WIB.
Aku menatapnya dalam. Ada kelegaan di dalam hati.
"Semuanya telah usai. Rasanya, dua setengah tahun cukup bagiku untuk mengakhiri semuanya. Maafkan."
"Jika aku datang duluan ke rumahmu, apakah kau masih menerimaku?"
Aku terdiam lalu tersenyum tipis. "Tentu saja, aku masih menerimamu."
"Sebagai?" Tatapnya lurus.
Aku terdiam sejenak.
"D?"
Aku sibuk dengan perasaanku. Perasaanku yang bergemuruh karena pada akhirnya harus memutuskan semuanya di sela kegalauan yang turun naik selama kurang lebih dua setengah tahun. Kegalauan yang tak kumaui lagi.
"D?" Tanyanya lagi.
Aku menarik napas berat. Berat bagaikan tertimpa batu kali.