Pernah mendengar cerita Jaka Tarub belum, kawan? Kalau belum, segeralah baca dan coba kaitkan cerita tersebut dengan catatan ringanku kali ini.
Ceritanya berawal petang hari Kamis, 9 Desember 2010 di sebuah kampus depan kantor pajak tak jauh dari pasar. Saat itu, aku sedang membaca naskah FF dengan laptop pribadi namun tidak konsentrasi karena di sekitarku sedang membahas sesuatu yang serius. Sayangnya, aku tidak bisa memberitahu apa yang mereka bahas karena itu "masalah" intern kampus. Kemudian, usai mereka membahas "masalah" tersebut dan masing-masing keluar meninggalkan ruang dosen yang terang-benderang serta menyisakan tiga personel di dalamnya, aku pun kembali berusaha konsentrasi membaca naskah FF yang deadline direncanakan pada hari Jumat, 10 Desember 2010.
Lagi-lagi konsentrasiku buyar. Konsentrasiku buyar setelah yang tersisa di ruangan itu hanya ada aku, Mr E (*utk alasan tertentu, aku samarkan nama beliau), dan Mr H (*ini juga kusamarkan walaupun kuyakin dia gak keberatan kalau namanya diekspos). Konsentrasiku buyar karena menurutku saat itu merupakan momen yang tepat untuk bertanya kepada dua pria yang sudah menikah dan kuyakin memiliki pengalaman asmara yang mengharu biru nan elok jelita. Berikut percakapannya:
Ms D (*itu aku: Dina) : Mr D dan Mr H, aku mau tanya, kenapa, ya laki-laki itu suka atau sering tidak mau membeberkan statusnya?
Mr E: Tanya ama Mr H, 'gih (*ekspresi langsung menunjuk ke Mr H).
Mr H: Oh kalau saya selalu jujur, Ms D. Saya tidak pernah berbohong dengan status saya... Bla... Bla... -Mr H terus bercerita kalau dia adalah pria baik dan jujur.
Ms D (*tersenyum): kecuali... (*memotong ucapan Mr H)
Mr H (*bingung): Maksudnya?
Ms D (*wajah polos): Ya, kan biasanya dalam uraian teori linguistik Indonesia suka banyak paparan dan terkadang diakhiri dengan kata "kecuali"... Semula begini, begitu, point A lanjut ke B dan seterusnya.... dan sering mundul kata "kecuali" di akhir point-point penjabaran tersebut....
Mr H (*manggut2): oh, ya benar. Kecuali, kalau saya bertemu dengan ketujuh bidadari dalam cerita Jaka Tarub yang memang benar-benar cuantik banget dan bikin saya gimana gtu...
Ms D (*lemot, mencoba mencerna ucapan Mr H): Oh gitu, ya (*pura-pura paham padahal bingung)