Â
Pada suatu hari....
"Menurutmu bagaimana, D?" tatap Fufu pelan.
Aku nyengir. Kumainkan cangkir berisi teh hangat.
"D, seriuslah!"
Aku nyengir. Hujan deras membasahi tanah di pekarangan rumah Fufu. Kutatap Fufu sekilas. Pria tampan ini memang mempesona. Di balik wajahnya yang mempesona, ada kharisma tersendiri. Ah, sayang, dia lebih tertarik dengan Fuli dan Fudi.
"Lu straight, D?"
Aku nyengir. "Ya, iyalah. Emangnya ada apa?"
"Oh, kirain."
"Sebetulnya, kemana arah pembicaraan kita sore ini, Fu?" tatapku bingung. "Bingung dengan pilihan hidup selanjutnya, memintaku untuk mendamaikanmu dengan Fuli atau Fudi, atau apa? Kau kudu tegas, Fu. Kau memilih Fuli atau Fudi atau bagaimana kalau kau memilih aku saja?"
Fufu terdiam.