Â
Â
Â
Â
Â
Kemarin, Selasa, 28 Juli 2015, saya beserta seorang kolega datang ke Lapangan Parkir Timur Senayan sekitar Pukul 15.45 WIB. Di sana, terdapat JakBoor & Edu Fair 2015. Acara yang disponsori oleh Bank DKI, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan IKAPI DKI Jakarta itu memiliki ide yang bagus. Setidaknya, seperti itulah yang dikutip dalam http://jakartabookfair.com/selayang-pandang/
Â
Sayangnya, kenyataannya berbeda dengan yang kami lihat di area tersebut. Banyak sampah dimana-mana; ibu-ibu yang antre membeli perlengkapan sekolah, seperti buku, tas, sepatu, dan alat tulis; antrean yang panjang karena beberapa kali pembayarannya error karena jaringannya dengan menggunakan ATM KJP sehingga antre-an pun semakin mengular (*alhamdulillah, kami tak perlu menggunakan KJP karena memang tidak memilikinya sehingga aman saat pembayaran tunai); anak-anak kecil yang kelelahan di lantai berkarpet ataupun non karpet; tempat shalat yang kurang nyaman; kondisi toilet yang memprihatinkan; dan tenda tempat aneka stand yang memanaskan suasana (*baca: panas). Belum lagi, ternyata setelah saya bertanya kepada kolega yang memiliki seorang putri di kelas 4 SD di salah satu sekolah di Tangerang dan putranya yang sekolah di TK A di Tangerang, harga-harga perlengkapan sekolah yang ditawarkan relatif mahal dan ada juga perlengkapan sekolah yang sama harganya dengan yang dijual diluar pameran. Misalnya, tas sekolah yang dibanderol seharga seratus ribu rupiah dan satu pak buku seharga sekitar dua puluh tujuh ribu rupiah. Hasil dari pengamatan kami itu membuat saya terkejut dan lupa mengambil foto yang dapat mendukung tulisan ini. Sungguh, tak hanya tercengang, saya juga salut dengan para orangtua yang berjuang "mencairkan" KJP-nya dengan membeli aneka perlengkapan sekolah di sana.
Â
Kami tak lama di pameran tersebut. Usai shalat Ashar, kami bergegas keliling stand di dalam tenda. Salah satu tenda penerbit yang juga memiliki jaringan toko buku ternama sempat menanyakan apakah saya pengguna KJP ataukah bukan dan saya bilang bukan. Saya peserta umum. Mendengar hal itu, salah seorang panitia mempersilakan saya masuk. Saat itu, kolega saya sedang antre membeli beberapa buku pengayaan untuk kedua anaknya. Dari kolega itulah, saya mengetahui bahwa transaksi tunai dapat dilakukan dan sempat error beberapa kali saat transaksi ATM KJP Bank DKI dipergunakan oleh pengunjung.
Â