Mohon tunggu...
Dina Purnama Sari
Dina Purnama Sari Mohon Tunggu... Dosen -

There is something about Dina... The lovely one...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hanya Bisa Mendoakanmu....

19 Maret 2012   16:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:46 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masih kuingat pertanyaanmu yang sederhana, yaitu,"Apa yang bisa kau berikan kepadaku?"

Pertanyaan yang kau ajukan sore itu di beranda rumahmu.

Sejenak aku terdiam dan tak tahu harus menjawab apa namun akhirnya kujawab datar dan mantap,"Saya hanya bisa mendoakanmu."

Kemudian, kamu menatapku dalam dan tajam. Diam-diam, kesedihan memenuhi relung hatiku. "Hanya doa? Taukah kau, sahabatmu, Retno membelikanku BB keluaran terbaru. Belum lagi, tetangga depan rumahmu itu rela meneraktirku makan malam dan berbelanja bulanan. Lalu, si Atika, gadis model di belakang rumahmu itu tak pelit mengajakku plesiran bersama teman-temannya di sebuah cottage yang indah di pinggiran kota. Hanya doa saja yang kau bisa?"

Aku membeku. Dingin.

"Bagaimana dengan harta kedua orangtuamu?"

Aku tersengat lebah. "Ini urusan antara kau dan saya. Kita selesaikan mereka berdua saja. Jika memang kau serius denganku, mengapa kau selalu bertanya apa yang bisa kuberikan kepadamu? Jika aku bertanya, apakah yang bisa kau berikan kepadaku, maka apa yang akan berikan?"

Lelaki itu terdiam. Lelaki idaman para perempuan di kota kami yang kecil. Kota yang terletak tak jauh dari ibukota.

Lelaki yang tampan dengan penghasilan besar itu mendadak kaku. Lidahnya yang tajam tak lagi mampu mengeluarkan kata-kata.

Ah, mengapa aku begitu bodoh menyatakan perasaanku kepadanya. Seharusnya, biarlah kupendam saja perasaan itu namun katanya akan lebih baik diberitahukan kepada pihak yang kita cintai jika kita memang mencintainya.

Sore ini, perasaanku bagaikan pusaran angin besar yang meniup kaca jendela rumahku semalam. Sungguh menegangkan. Padahal, aku sudah menduga jawaban yang akan dia berikan. Namun, aku tetap saja cuek mengutarakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun