Makjleb. Di sela kesibukan sebagai 'inem' merangkap akademisi, saya meluangkan waktu menonton Naagin 2 di salah satu televisi swasta nasional, Indosiar. Tentu saja, saya menontonnya di waktu luang. Nah, belakangan hari ini, saya tanpa sengaja mengikutinya. Ternyata, oh ternyata, seru... Seru, pake bingits! Akan tetapi, tidak perlu pakai karet dua sebagai tanda pesanan makanan pedas dari Babang penjual ketoprak atau nasi goreng yang senantiasa melewati rumah.
Naagin 2 merupakan kelanjutan seri Naagin yang sebelumnya telah tamat ditayangkan oleh Indosiar, setiap Senin hingga Jumat, 07.30-10.00 wib. Setidaknya, kelima hari itulah saya menonton Naagin 2. Rasanya? Pegal-pegal sedap 'dah...
Pegal karena layaknya drama India, maaf, tak jauh-jauh dari pohon dan tarian. Belum lagi, sorotan kamera yang lama banget menyorot beberapa tokoh dalam sebuah cerita. Istilah lainnya, lebai, berlebihan. Pegal karena lumayan lama mantengin televisi mulai Pukul 07.30 hingga 10.00 wib usai tayangan Mamah Dedeh. Jadi, marathon menontonnya usai Subuh. Pegal karena alur cerita yang beranak-pinak. Belum lagi, kesal beuh oleh tokoh Rocky Nichunj sebagai laki-laki yang emosional.Â
Istilah bebasnya, tipe laki-laki colek bacok. Ditambah, tokoh Shivanya dan Rucika yang 'gak insyaf menjahati Shivangi. Shivanya dan Rucika itu termasuk tokoh antogonis yang totalnya mantap. Keduanya berbanding terbalik dengan Shivangi.Â
Walaupun pegal-pegal, saya tetap setia di depan layar televisi. Hal itu karena bumbu sedap pada tayangan tersebut. Usai shalat subuh dan menunaikan kewajiban sebagai seorang istri, saya mendengarkan tausyiah Mamah Dedeh lanjut Naagin 2. Mulailah, emak-emak ala inem berdaster beraksi. Mendengarkan plus kadang menonton tayangan Naagin 2 dengan aneka kesibukan, seperti menyapu, sarapan, membaca buku,ngopi atau ngeteh atau minum susu, dan boboan cantik. Menyaksikan paket Naagin 2 saatlibur paripurna. Hasilnya adalah belajar bijaksana dari Naagin 2.Â
Yup, sedap belajar bijaksana dari Naagin 2. Yaitu, kearifan ajaran Dewa Siwa kepada penganutnya, bahwasannya menjadi jelmaan ular itu tidak semudah atau pun seseram yang disangka oleh beberapa orang (*termasuk saya, di antaranya), bagaimana mengatur emosi saat berhadapan dengan orang yang tidak suka dengan kita, mengatur siasat supaya tetap tenang, mengatur strategi agar menang cantik, dan karma yang diperoleh dari tindakan kita. Selain itu, sebab akibat suatu perbuatan baik lisan, bahasa tubuh, maupun tulisan. Bijaksana menerima perbedaan budaya dan kebiasaan. Bijaksana berkaitan dengan masa lalu, masa kini, dan masa depan.Â
Jadi, begitu. Pegal-pegal sedap... Walaupun Naagin seri pertama lebih menegangkan daripada Naagin 2 karena Naagin yang pertama lebih berbau horor, menurut saya. Naagin 2 lebih banyak diisi cinta dan kebijaksanaan. Ya, tak semata balas dendam.Â
Satu kata, Recommended!Â
Saran, temani putra-putri Anda jika ingin menonton Naagin seri pertama dan kedua karena sebagian besar isinya memerlukan penjelasan dari orang yang berusia dewasa dan bijaksana dalam pemahaman kisah di dalamnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI