Â
Â
Awalnya, sempat terbersit keraguan saat seorang teman dekat mengajak saya pergi ke Cisauk PP dengan Commuterline. Ragu karena membayangkan akan berhadapan dengan suasana yang padat, tidak nyaman, dan sebagainya. Belum lagi, kami berencana pulang sore hari menjelang malam dari Cisauk menuju Stasiun Sudimara. Akan tetapi, semua keraguan saya itu semua dibantah olehnya. Katanya, kami pulang melawan arah kepadatan penumpang Commuterline Cisauk-Sudimara. Mungkin, jika kami pulang dengan rute Sudimara-Cisauk, penumpang akan lebih banyak, utamanya saat jam karyawan pulang bekerja dari kantornya. Lalu, saat berangkat, kami berada dalam waktu lenggang. Artinya, penumpang Commuterline tidak sepadat biasanya. Adapun, kami ke Cisauk karena mengunjungi seorang teman yang sedang pemulihan sakit.
Â
Yup, teman saya itu benar. Kami pergi dan pulang dengan duduk nyaman di kursi. Selain itu, terdapat satpam yang melintasi para penumpang untuk mengontrol keamanan. Setiap gerbong penumpang diberikan fasiltas pendingin yang cukup nyaman. Demikian pula halnya dengan kursi, kebersihan, dan pegangan tangan yang tak kalah nyaman dengan pendingin gerbong. Tiketnya termasuk terjangkau, yaitu Rp2000 dengan hitungan sekian per kilometer. Nah, jarak tempuh PP Sudimara-Cisauk dikenai tarif Rp2000 dengan jaminan kartu Rp10000 disertai struk tanda bukti penerimaan. Jika masih ada saldo di dalam kartu elektrik, maka bukan hanya kartu tersebut yang dikembalikan tapi juga sejumlah rupiah akan kembali ke tangan sang penumpang. Batas maksimal pemakaian kartu adalah tujuh hari. Jika sudah begini, saya berharap penggunaan kartu elektrik yang diberikan oleh pihak Commuterline dapat ditiru oleh pengelola Bus Trans Jakarta. Selain itu, para penumpang tak perlu cemas mengenai stasiun kereta yang akan disinggahi oleh Commuterline karena adanya pemberitahuan melalui speaker. Adapun, rute yang kami lalui adalah Sudimara-Rawa Buntu-Serpong-Cisauk yang hanya berdurasi kira-kira tak lebih dari tiga puluh menit. Belum lagi, tersedia gerbong wanita di depan dan belakang kereta. Akan tetapi, kami memutuskan untuk duduk di gerbong bukan khusus wanita supaya lebih akrab dan seru plus berfoto karena teman dekat saya bukanlah wanita. Jadwal keberangkatan dan kedatangan Commuterline jurusan Tenabang-Maja yang berhenti di Cisauk tersedia hampir setiap menit mulai pagi hingga malam hari.
Hilanglah kesan negatif yang sempat menghantui saya berkaitan dengan Commuterline. Salute untuk para pengelola pihak Commuterline. Jujur, pengalaman menaiki kereta Jabodetabek Jakarta-Depok, Jakarta-Bogor, dan Jakarta-Bekasi di masa lalu sempat menimbulkan trauma tersendiri karena suasana di dalam kereta yang tak nyaman, padat, gerah, rawan copet, dan sempat terjatuh ke dalam kereta api saat saya dan seorang sahabat SMA memasuki kereta. Makanya, saya lebih percaya diri pergi sendirian dengan menggunakan kereta api jarak jauh, seperti Jakarta-Bandung, Jakarta-Jogja, Jakarta-Surabaya, Jakarta-Semarang, dan Jakarta-Cirebon dibandingkan jarak dekat. Yup, betul, Commuterline berbeda dengan kereta Jabodetabek.
Pokoke, menaiki Commuterline itu seru!
Â
(Foto-Foto: Dokumen Pribadi)
Â