Mohon tunggu...
Dina Purnama Sari
Dina Purnama Sari Mohon Tunggu... Dosen -

There is something about Dina... The lovely one...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Athirah: Emma, Cahaya yang Tak Pernah Mati

5 Maret 2014   23:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Novel: Athirah

Penulis: Alberthine Endah

Penerbit: Jakarta, Noura Books, 2013

Athirah merupakan judul novel inspiratif yang ditulis berdasarkan kisah Jusuf Kalla dan Ibundanya, Athirah. Emma (baca: Emak), demikian Jusuf Kalla memanggil sang bunda. Peran Emma memberikan peran besar dalam kehidupan Jusuf.  Dari Emma-lah, Jusuf belajar arti keikhlasan dan kehidupan yang sesungguhnya, bagaimana dia harus bersabar saat mendekati Musfidah yang kelak menjadi istrinya, jungkir balik dengan perasaannya sendiri saat menemani Emma sebagai anak laki yang dituakan dan dipercaya menggantikan Bapak yang perlahan jarang datang ke rumah mereka karena sibuk dengan keluarga barunya, dan belajar berniaga dari sosok bunda dan bapaknya itu.

Alur di dalam novel berjalan pelan dan sesekali kilas balik kemudian mengulang bagaimana Emma harus kuat menghadapi semua persoalan sebagai istri yang dipoligami dan mempimpin keluarga bersama dengan Jusuf ketika Bapak tak hadir. Jujur, alur yang berjalan lambat itulah yang membuat saya lelah membacanya. Ingin segera membaca akhir kisahnya. Maka, baru tiga atau empat bab awal membacanya, saya sudah berlari ke bab epilog. Lalu, kembali melanjutkan bab selanjutnya hingga menamatkannya.

Tanpa mengesampingkan peran Bapak di dalam kehidupan seseorang, peran Emma luar biasa. Rasanya, takkan pernah habis jika kita ingin mengupas Emma karena dari beliaulah kita belajar kearifan, keikhlasan, dan kehidupan sebagai pelengkap ilmu pengetahuan yang diperoleh dari sekolah.

Semula, saya mengira akan menemukan kisah bagaimana Jusuf Kalla menjadi menteri dan wapres di Indonesia tapi ternyata saya tak menemukannya. Yang saya temukan adalah untaian kalimat indah. Kalimat tersebut seolah membawa saya ke masa lalu, seperti zaman Jepang, pemberontakan lokal, pembelajaran Jusuf Kalla saat berniaga, serta Makassar dan Bone. Tak lupa, situasi dan kondisi saat Jusuf Kalla menunaikan ibadah haji di usia yang sangat muda. Lalu, pernikahan muda yang dialami Emma dan Bapak, berniaga sesuai syariat Islam, dan petikan-petikan kisah inspiratif lainnya terkait dengan Jusuf Kalla dan Emma. Belum lagi, ternyata Jusuf Kalla memutuskan Bapak disemayamkan di keluarga istri keduanya dan Emma dimakamkan di pemakaman arab. Menurut saya, hal tersebut luar biasa dilakukan karena kelak dapat membuka jalan silaturahim antara pihak istri pertama dengan istri kedua, khususnya anak-anak dan keturunannya.

Sebagai keturunan yang sebagian besar adalah kaum pekerja dan pendidik, kisah inspiratif novel Athirah membuka cakrawala baru bagi saya berkaitan dengan saudagar di Sulawesi, khususnya Bone dan Makassar. Menurut saya, novel ini layak dibeli, dibaca, dan dikoleksi seperti halnya yang saya lakukan dengan novel inspiratif lainnya.

Kepiawaian mengolah kata Alberthine Endah memang sudah saya akui sejak membaca novel "Jangan Beri Aku Narkoba". Novel tersebut memang luar biasa dan saya memilikinya saat masih dalam kemasan cover awal. Pokoknya, top markotop untuk Alberthine Endah dengan karya-karyanya, termasuk novel Athirah. Ah, tak sabar menunggu novel tersebut tayang dalam layar lebar.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun