Mohon tunggu...
Dina Nurmala
Dina Nurmala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas Indraprasta PGRI

Semoga bermanfaat dan yang mendapatkan ilmu bagi siapapun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemerolehan Bahasa pada Anak dengan Gangguan Pendengaran

9 Desember 2024   08:31 Diperbarui: 9 Desember 2024   11:34 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebelum ke materi, mari kita bahas tentang pemerolehan bahasa diartikan sebagai proses perkembangan alami bahasa pertama yang terjadi tanpa disadari dan digunakan untuk keperluan komunikasi semata tanpa kesadaran adanya kaidah bahasa. Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang ketika memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama. (Kuntarto, 2017), Pemerolehan bahasa biasanya tidak menyadari adanya fakta bahwa mereka memperoleh bahasa.

Jika anak sehat mampu menghubungkan pengalaman dan lambang bahasa melalui pendengaran, pada anak tunarungu tidak. Hal ini disebabkan karena adanya disfungsi pada pendengarannya. Jadi, anak tunarungu memperoleh bahasanya lebih difokuskan melalui fungsi penglihatannya! 

Mengapa peran orang tua sangat penting dalam proses penguasaan bahasa anak?

Proses penguasaan bahasa anak tidak lepas dari peran orang tua yang berperan merespon segala percakapan yang diungkapkan anaknya. Orang dengan kecacatan rungu wicara mengalami kesulitan. dalam mengembangkan kemampuan berfikir karena mereka mengalami hambatan dalam penguasaan bahasa sehingga kemampuan mewujudkan ke dalam lambang-lambang bahasa pun terganggu.

Seseorang dapat berbahasa harus ditunjang oleh fungsi pendengaran yang baik, sebab pemerolehan bahasa terbentuk melalui proses meniru dan mendengar. (Christine, 2016), mengemukakan bahwa bahasa diperoleh melalui kegiatan menirukan unsur-unsur bahasa mulai terbentuk, anak akan mencoba mengungkap sendiri melalui kata-kata sebagai awal dari kemampuan bahasa ekspresif. Dengan kata lain, potensi aktualisasi diri dan kemampuan mewujudkan fungsi sosialnya terhambat karena masalah kemampuan berbahasa dan bukan karena cacat rungunya.Akibat gangguan komunikasi dan bahasa menimbulkan masalah yang lebih kompleks antara lain pada aspek preseptual, kognitif, emosi dan sosial, kesulitan mempelajari keterampilan vokasional.

Kesulitan berbahasa pada anak tunarungu memengaruhi penerimaan dari keluarga dan masyarakat, yang sering kali mengarah pada salah persepsi dan perlakuan. Ketunarunguan secara langsung menghambat komunikasi verbal, baik dalam menyampaikan (ekspresif) maupun memahami (reseptif) bahasa, sehingga interaksi dengan lingkungan menjadi sulit. Hambatan ini juga berdampak pada pendidikan dan pembelajaran mereka. 

Meski demikian, anak tunarungu dapat mempelajari bahasa melalui komunikasi total, metode yang menggabungkan komunikasi lisan, membaca, menulis, membaca ujaran, dan bahasa isyarat. Bahasa isyarat menjadi alat komunikasi alami mereka, dengan versi standar di Indonesia. Pemerolehan bahasa pertama melibatkan memahami ujaran melalui media visual, seperti membaca gerak bibir, sebagai dasar untuk bahasa ekspresif. Pengalaman interaktif dengan orang tua sangat penting untuk membangun kemampuan ini, didukung oleh layanan khusus yang sesuai untuk meningkatkan potensi bahasa mereka.

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran yang diklasifikasikan kedalam tuli (deaf) dan kurang pendengaran (hard of hearing). Dampak langsung dari ketunarunguan adalah terhambatnya komunikasi verbal/lisan, baik secara berbicara (ekspresif) maupun memahami pembicaraan orang lain (reseptif). 

Pemerolehan bahasa pertama anak tunarungu dapat dilakukan dengan komunikasi total. Komunikasi total merupakan sistem komunikasi paling efektif karena selain menggunakan bentuk komunikasi secara lisan atau disebut oral, dengan kegiatan membaca, menulis, membaca ujaran, juga dilengkapi dengan bentuk isyarat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemerolehan bahasa anak berkebutuhan khusus (tunarungu) dalam memahami bahasa. anak berkebutuhan khusus yang mengalami ke-tunarunguan wicara (tunarungu) sedangkan objek penelitian ini difokuskan hanya pada satu anak yaitu Mila Erdita anak usia 15 tahun. 

ini merujuk pada studi kasus dengan jenis penelitian deksriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui tiga cara yaitu; teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan anak tunarungu dapat memperoleh bahasa secara komunikasi total menggunakan bentuk komunikasi secara lisan atau disebut oral, dengan kegiatan membaca, menulis, membaca ujaran, juga dilengkapi dengan bentuk isyarat dengan menggunakan kalimat-kalimat sederhana.

pentingnya upaya yang komprehensif untuk mendukung pemerolehan bahasa pada anak tunarungu. Anak tunarungu membutuhkan pendekatan berbeda karena keterbatasan pendengaran mereka, dan komunikasi total menjadi metode yang paling efektif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun