Sejarah Bank Syariah RIÂ
Ide adanya perbankan syariah muncul di tahun 1983 ketika pemerintah berencana menerapkan sistem bagi hasil dalam berkreditan yang merupakan konsep dari perbankan syariah. Saat itu kondisi perbankan indonesia tidak kondusif karena bank indonesia saat itu dinilai beberapa pihak belum bisa mengendalikan tingkat suku bunga di bank sehingga pemerintah mengeluarkan deregulasi yang memungkinkan bank untuk mengambil untung dari bagi hasil sistem kredit. 5 tahun kemudian di tahun 1988 dikeluarkanlah paket kebijaksanaan pemerintah bulan oktober atau disingkat Fakto saat itu banyak bank konvensional berdiri dan beberapa bank daerah yang berazazkan syariah ini juga mulai bermunculan.
Akhirnya di tahun 1990 MUI membentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank islam di indonesia, setelah setahun kemudian di tahun 1991 lahirlah mulai bank syariah pertama indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat ini ternyata mulai difensif ditahun 1998 ketika krisis ekonomi, bank muamalat bisa bertahan padahal bank konvensional lainnya banyak yang anjlok parah. Melihat kekuatan Bank Muamalat ini lalu munculan Bank Syariah Mandiri yang merupakan gabungan beberapa bank BUMN akibat krisis ekonomi tahun 1998. Tidak hanya itu setelah muncul beragam bank syariah lainnya hingga pada tahun 2016 ide merger bank syariah BUMN sudah mulai dicanangkan namun menimbang skala bisnis pada saat itu yang masih terlalu kecil jadi dipustuskan lebih baik mergernya ditunda. Dan akhirnya di tahun 2020 skala bisnisnya sudah bertumbuh dan dianggap menjadi saat yang tepat untuk mewujudkan mimpi sebagai kesatuan bank syariah BUMN.
Asset Gabungan PT Bank Syariah Indonesia (BSI)Â
PT Bank Syariah Indonesia (BSI) telah diresmikan pada tanggal 1 Februari 2021 setelah sebelumnya telah disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal 27 Januari 2021. Bank Syariah terbesar ini merupakan gabungan atau merger dari tiga bank syariah milik negara yaitu Bank BRI Syariah, Bank Mandiri Syariah, dan Bank BNI Syariah, dimana Bank BRI Syariah terpilih menjadi bank penerima merger atau Survival Entity. Hal ini ditanggapi positif oleh investor mengingat BRIS adalah satu – satunya yang sudah melantai di bursa sehingga dianggap beberapa pihak merupakan keputusan yang tepat.Â
Dengan adanya penggabungan ini maka total kepemilikan saham publik di BRIS yang sebesar 18,33 % Â bisa berpotensi untuk terdilusi, namun ternyata meskipun terdilusi investor publik bisa mendapatkan kompensasi dari kenaikan harga saham BRIS mungkin itulah beberapa faktor yang juga membuat BRIS bertahan sebagai Survival Entity, padahal jika dilihat dari assetnya BRIS bukanlah pihak dengan aset yang terbesar jika kita mengacu pada data kinerja semester 1 2020 total aset BRIS ini hanya 49,6 trilliun rupiah dibandingkan dengan BNI syariah yaitu sebesar 50,76 trilliun rupiah dan yang terbesar adalah aset milik bank Syariah Mandiri yang jumlahnya sudah menyentuh 114, 4 triliun rupiah.Â
Di samping itupun saat ini posisi Bank BRI Syariah (BRIS) berada di kategori bank umum syariah kegiatan usaha atau bank buku dua, sementara bank Syariah Mandiri dan Bank BNI Syariah masing – masing sudah masuk ke buku tiga, namun begitu Bank BRI Syariah memang satu – satunya bank syariah milik BUMN yang sudah go publik jadi emiten di BEI sedangkan BNI Syariah dan Mandiri Syariah belum jadi emiten.Â
Dengan penunjukan Bank BRI Syariah sebagai Survival Entity dapat dipastikan nanti bank hasil merger pun tetap melantai di bursa saham dan tidak akan delisting dan tentunya ini bagus serta akan sejalan dengan perkembangan pasar modal di dalam negeri melalui peningkatan kapasitas bisnis emiten. Hasil penggabungan ini akan menghasilkan bank syariah terbesar indonesia dari sisi aset dengan total aset mencapai 214,6 trilliun rupiah.Â
Bank Syariah Indonesia (BSI) Â juga akan menjadi bank buku tiga dengan modal inti sebesar 20,4 trilliun rupiah kehadiran BSI akan membuat indonesia mempunyai modal lebih untuk mengembangkan ekonomi syariah di indonesia dan harapan untuk menjadi pusat ekonomi syariah dunia. Dimana ekonomi Syariah belum terlalu berkembang meski indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Nah apakah dengan merger tiga bank syariah milik BUMN ini dapat sesuai dengan harapan indonesia untuk menjadi pusat ekonomi syariah dunia ?Â
Saat ini dipastikan oleh pihak tiga bank BUMN bahwa penggabungan 3 bank syariah akan membuat bank hasil merger bisa berada di posisi ketujuh atau delapan di indonesia tahun 2021 tidak hanya itu bank hasil merger ini pun berpotensi masuk sepuluh besar bank syariah terbesar di dunia jika dilihat dari kapitalisasi pasarnya.Â