"Bahagia itu kita yang ciptakan bukan harus ada alasan dan persyaratan"
Dahulu kala saat masih kecil sering disuguhi tentang cerita dongeng seorang gadis dari kalangan biasa yang menikah dengan pangeran tampan dan kisahnya berakhir dengan bahagia untuk selamanya. Bagaikan cerita bawang merah bawang putih yang masa mudanya disiksa dengan ibu tiri lalu menikah dengan pangeran tampan dan ...."Happily ever after".
Tanpa disadari walau hanya cerita dongeng belaka ternyata membawa pengaruh kealam bawah sadar kita dan membentuk sebuah pola pikir hingga dewasa. Sebuah pemikiran bahwa ketika menikah maka hidupmu akan bahagia untuk selamanya. Dengan dongeng-dongeng itu seolah kita didoktrin setelah menikah beban masalah dalam kehidupan akan hilang. Tinggal di dalam sebuah istana dengan lantai marmer dari pegunungan Himalaya berhiasakan dinding yang dipenuhi batu zamrud khatulistiwa. Punya banyak pelayan yang siap melayani untuk perawatan, dari perawatan muka memakai bahan alami buah-buahan sampai perawatan badan menggunakan lelehan emas berkarat-karat. OKe stop mengkhayalnya, mari bangun dari mimpi dan lihatlah kenyataannya.
Jika pernikahan seindah negeri dongeng maka kasus perceraian akan ada di angka 0 besar bukan?. Namun kenyataannya berbanding terbalik. Lihatlah berapa besar kasus perceraian yang ada di Indonesia. Alasan perceraian sangat beragam. Dari alasan sudah tidak sepemikiran sampai alasan perekonomian. Salah satu penyebab perceraian juga sering di sebabkan oleh terjerat dalam hubungan perselingkuhan. Walau banyak yang bercerai tapi jangan takut untuk menikah asalkan niatnya benar insyallah Allah akan membimbingmu.
Setiap wanita dan pria normal pastinya merindukan dan menginkan sebuah pernikahan dengan jodoh yang dia impikan. Namun hidup yang kita jalani terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Bukankah sebaik-baiknya perencana adalah rencana Allah. Sebuah pertanyaan basa-basi yang kadang membuat kegusaran semakin gundah gulana mencapai titik didih hilangnya kesabaran yakni "Kapan nikah?" atau pertanyaan yang lebih tajam setajam pisau dapur merek oxone yang sering di bikin arisan oleh ibu-ibu komplek karena harganya tidak murah bagi sebagian kalangan " tidak mau nikahkah?" dan yang lebih mengerikan lagi digosipkan tidak normal.
Belum menikah bukan berarti tidak mau menikah, belum menikah bukan berarti tidak normal. Belum menikah berarti Allah belum mengijinkan bertemu dengan jodoh yang tepat di saat yang tepat. Bukankah semua yang ada di dunia ini atas ijin Allah Swt. Penulis terkenal mengatakan bahawa daun yang jatuh saja atas ijin Allah yang mahakuasa, Apalagi jodoh kita mana kita tau datangnya kapan. Bisa saja besok sudah ketemu jodoh saat acara pengajian atau satu tahun lagi ketemunya saat sama-sama prajabatan, bisa juga lima tahun lagi saat acara pertemua para pembisnis muda atau jangan-jangan bisa juga jodoh kalian belum lahir. Siapa yang tau bukan? Hanya sang pencipta yang tau.
Allah SWT Telah memberikan jodoh sebelum kita memintanya. Oleh karena itu kita tak perlu bersedih jika jodoh belum kunjung tiba. Ketika manusia ditakdirkan untuk terlahir ke dunia, Seluruh kehidupan sebenarnya sudah tercatat dalam kitab Allah Swt.[1] Tak mengapa telat menikah asal nanti saat menikah menemukan jodoh terbaik di tempat yang baik di saat yang baik. Tak usah gundah dan tak usah resah cukup jalani,beroda dan berusha dan yakini bahawa semua kana baik-baik saja. Sang pencipta tahu yang terbaik untuk umatnya.
Menikah bukanlah sebuah prestasi namun sebuah tantangan baru dalam kehidupan. Ibaratnya jika kamu belum menikah kamu baru mengarungi Sungai martapura namun setelah menikah kamu mengarungi Samudera Hindia, yang tentunya gelombangnya akan besar. Tidak bisa di pungkiri seberapapun kenalnya kamu dengan pasanganmu setelah menikah aka nada konflik yang akan terjadi tentunya untuk menghadapi semua cobaan dan konflik diperlukan kedewasaan. Dewasa bukan di ukur dari umur namun dari bagaimana kamu menyikapi rentetan peristiwa. Hidup berumah tangga harus di bekali rasa tenggang rasa yang besar, rasa memaklumi dan rasa mau mengalah.
Hidup tanpa tantangan bagaiakan makan sayur bening tanpa garam. Jika kamu sudah ada calon pasangan menikahlah dan bersiplah memasuki dunia baru yang lebih menantang. Namun jika jodoh tak kunjung datang bersabarlah, Tuhan tahu yang terbaik untuk uatnya. Jodoh terbaik akan dikirimkan Sang pencipta di saat yang tepat, di waktu yang tepat kepada orang yang tepat, maka berdoa, berusaha dan bersabarlah. Semua manusia punya takdirnya masing-masing yang harus kita jalani dan syukuri. Menikah bukanlah sebuah solusi untuk mencari kebahagian namun jika bisa mensyukuri pernikahan tersebut kebahagian akan menyertainya. Tidak menikah bukan berarti tidak bahagia, hidup mereka sangat bahagia. Bahagia itu kita yang ciptakan bukan harus ada alasan dan persyaratan.
[1] Tendi Krishna Murti, Kujemput Jodoh dengan Tahajud, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2010), halaman 13.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H