Mohon tunggu...
Dina Meitri
Dina Meitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Palangka Raya

Halo! Saya Dina Meitri, mahasiswi Akuntansi Universitas Palangka Raya. Hobi jalan - jalan, kulineran, dan menonton film. Di Kompasiana, saya ingin membagikan tulisan saya. Terima kasih sudah singgah, mari kita jelajahi berbagai topik menarik bersama! 🙌

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Perang Israel dan Harga BBM Mengguncang APBN Indonesia

7 Oktober 2024   12:18 Diperbarui: 10 Oktober 2024   14:04 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ekbis.sindonews.com/read/1452921/33/subsidi-bbm-jadi-beban-apbn-legislator-harus-cari-cara-tepat-sasaran-1725966587#goog_rewarded

APBN Indonesia merupakan alat pemerintah yang penting untuk mengelola keuangan publik, membiayai pembangunan, dan menjaga stabilitas perekonomian. Stabilitas APBN sangat penting agar pemerintah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan mencapai tujuan pembangunan nasional.

Saat ini, situasi dunia sedang tidak stabil akibat perang berkepanjangan di Israel dan kenaikan harga bahan bakar yang tajam. Kedua faktor ini mempunyai dampak yang cukup besar terhadap perekonomian dunia, khususnya perekonomian Indonesia. Ketidakstabilan global ini mempengaruhi harga komoditas, inflasi, dan nilai tukar mata uang, yang pada gilirannya dapat mengganggu perencanaan dan pelaksanaan APBN. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi tantangan ini, seperti diversifikasi sumber pendapatan, pengelolaan utang yang bijaksana, dan peningkatan efisiensi pengeluaran. Dengan demikian, APBN dapat tetap menjadi alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dampak Perang Israel terhadap Ekonomi Global

Konflik di Israel telah menyebabkan destabilisasi pasar dunia, khususnya di sektor energi. Karena Timur Tengah adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia, ketidakpastian politik dan keamanan di kawasan ini berdampak pada harga minyak global. Harga minyak dan bahan mentah lainnya naik karena kekhawatiran akan gangguan pasokan. Ketika pasokan minyak terganggu, harga minyak mentah di pasar internasional cenderung naik sehingga mempengaruhi harga bahan bakar di negara-negara termasuk Indonesia. Perdagangan internasional dan rantai pasokan juga akan terganggu, sehingga menyebabkan peningkatan biaya logistik dan produksi. Hal ini mempengaruhi harga barang dan jasa di seluruh dunia dan pada akhirnya mempengaruhi inflasi global.

Selain itu, ketidakstabilan ini juga dapat mempengaruhi investasi asing dan kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi dampak negatif ini, seperti diversifikasi sumber energi, peningkatan efisiensi energi, dan penguatan kerjasama internasional untuk menjaga stabilitas pasokan energi. Dengan demikian, Indonesia dapat lebih tangguh menghadapi tantangan global dan menjaga stabilitas perekonomian nasional.

Kenaikan Harga BBM dan Implikasinya

Kenaikan harga bahan bakar di pasar internasional mempengaruhi harga bahan bakar di Indonesia. Pemerintah perlu menyesuaikan harga domestik untuk mencerminkan kenaikan biaya impor. Kenaikan harga bahan bakar ini berdampak langsung pada biaya transportasi dan produksi  dalam negeri. Dampak langsung dari kenaikan harga bahan bakar adalah peningkatan biaya transportasi dan produksi yang dapat menyebabkan inflasi. Konsumen mungkin mengalami harga barang dan jasa sehari-hari yang lebih tinggi, sehingga mengurangi daya beli masyarakat. Inflasi yang tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Sektor-sektor yang bergantung pada energi seperti transportasi dan manufaktur akan terkena dampak paling besar. Kenaikan harga bahan bakar juga dapat mempengaruhi biaya produksi di bidang pertanian dan perikanan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi harga pangan.

Ancaman terhadap APBN Indonesia

Kenaikan harga bahan bakar berdampak pada anggaran nasional, karena pemerintah perlu meningkatkan subsidi bahan bakar untuk menjaga keterjangkauan masyarakat. Subsidi bahan bakar merupakan salah satu komponen belanja pemerintah yang terbesar, dan  harga bahan bakar yang lebih tinggi berarti pemerintah perlu mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk subsidi. Peningkatan subsidi ini berarti peningkatan belanja pemerintah, yang dapat menyebabkan defisit anggaran. Untuk menutupi defisit ini, pemerintah perlu mencari sumber pendapatan tambahan atau memotong belanja di sektor lain. Hal ini dapat berdampak pada program pembangunan besar dan layanan publik. Potensi defisit anggaran ini memerlukan langkah-langkah strategis untuk menjaga keseimbangan anggaran. Pemerintah mungkin perlu mempertimbangkan reformasi pajak dan memotong subsidi di bidang lain. Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan efisiensi belanja dan mengurangi pemborosan untuk memastikan stabilitas fiskal.

Strategi Pemerintah dalam Menghadapi Krisis

Langkah-langkah yang diambil pemerintah meliputi penyesuaian harga bahan bakar secara bertahap dan peningkatan efisiensi penggunaan energi. Pemerintah juga menggalakkan penggunaan energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar. Selain itu, pemerintah  berupaya meningkatkan produksi minyak dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan  impor. Perencanaan jangka pendek melibatkan pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas harga. Pemerintah juga berupaya meningkatkan cadangan devisa untuk mengimbangi fluktuasi harga minyak di pasar internasional. Rencana jangka panjang mencakup diversifikasi sumber energi dan peningkatan investasi pada energi terbarukan. Selain itu, pemerintah berupaya meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi konsumsi bahan bakar melalui berbagai program dan insentif. Peran  swasta dan masyarakat sangat penting dalam mendukung kebijakan pemerintah. Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dapat membantu mengatasi tantangan ekonomi ini. Sektor swasta dapat berinvestasi pada teknologi energi terbarukan dan efisiensi energi, sedangkan masyarakat dapat berpartisipasi dalam program konservasi energi dan penggunaan energi alternatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun