Jarang-jarang saya menonton film komedi Indonesia dari awal sampai akhir dengan tawa lepas membahana karena dialog-dialog menggelikan, cerdas dan orisinal; dan bukan disebabkan adegan-adegan slapstick yang biasanya terdapat di film-film negeri kita. Meskipun saya hampir tidak pernah mengikuti acara Stand Up Comedy di televisi kecuali ketika awal ia dipopulerkan ke Indonesia olehRaditya Dika dan Pandji Pragiwaksono, namun saya perhatikan memang itulah genre komedi yang kini sedang digemari di Tanah Air kita. Dan saya rasa itu bagus, sih, untuk mengimbangi kelucuan tidak berbobot bahkan cenderung rasis atau porno yang sering seliweran di layar kaca. Kalau jaman dulu (maksudnya jaman saya kecil :D) yang bisa 'ngeklik' dan bikin saya terpingkal-pingkal ya lawakannya Srimulat, karena kebetulan sama-sama dari Jawa ya, jadi ada kesamaan kultural; tapi mungkin saja bagi orang dari daerah luar Jawa, gurauannya Srimulattidak lucu.
[caption caption="Get Up Stand Up The Movie: Film tentang Kedewasaan, Arti Persahabatan, dan Perebutan Cinta :D (foto: getupstandupthemovie.com)"][/caption]Kepopuleran dunia Stand Up Comedy ini kemudian dikemas dalam sebuah film layar lebar yang mengangkat keseharian para kontestan acara tersebut dalam masa karantina hingga babak final, dengan bumbu utama romantisme dua orang pesertanya terhadap gadis Batak bernama Fathiya. Si gadis Batak ini bukan salah satu peserta, sih, melainkan adalah kekasih sang tokoh utama, Babe Cibita, yang terpaksa merantau ke Jakarta demi mendewasakan pacarnya itu. Babe Cibita pun menyusul Fathiya ke Jakarta demi memperjuangkan cintanya, sampai-sampai ia rela mengadu nasib sebagai pelayan restoran Padang. Karena ingin membuat Fathiya terkesan, Babe pun melamar acara kontes Stand Up Comedy dan menjalin persahabatan baru dengan kontestan lainnya asal tanah Maluku bernama Abdur.Â
Di sinilah racikan cerita ditambah dengan bumbu drama persaingan, atau lebih tepatnya memperebutkan cinta Fathiya yang kebetulan juga suka nonton acara kontes tersebut. Di sinilah kedewasaan Babe Cibita dipertanyakan, apakah ia akan tetap memaksa menjadi kekasihnya Fathiya dan menguber-ubernya sampai pol, atau bersikap lebih bijak dengan rela meninggalkannya untuk orang lain? Skenario yang dramatis namun tidak cengeng sehingga membuat film ini layak tonton ditulis oleh Bagus Bramanti, yang pernah juga menulis untuk Surga Yang Tak Dirindukan (katanya film itu juga mengharukan walaupun saya belum pernah nonton :D).
[caption caption="Virni Extravaganza dan Indro Warkop menjadi bintang tamu dalam Get Up Stand Up (foto: getupstandupthemovie.com)"]
Yang paling mengesankan bagi saya adalah dialog-dialog tingkat tinggi antara Abdur dan Fathiya dengan menyitir kalimat-kalimat bergaya sastra dari novel-novelnya Haruki Murakami. Jika Kompasianer meyukai sastra, nama Haruki Murakami sebagai penulis sastra kontemporer tidak terlalu asing, walaupun saya juga nggak pernah baca novel-novelnya dia, he he he... Saya sampai berpikir, "Gile deh, para stand up comedian ini bacanya novel sastra, keren banget saya aja belum sampai ke situ!" Pantesan yak lawakannya juga bermutu :).
[caption caption="Para Kompasianer berfoto bersama Indro Warkop, Abdurrahim Arsyad (Abdur), dan kru film. (foto: dok.kompasiana)"]
Sutradara: Teezar Sjamsuddin
Penulis Skenario: Bagus Bramanti
Produser: Argalaras
Pemain: Babe Cabita, Acha Sinaga, Indro Warkop, Abdurrahim Arsyad
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H