Konferensi Tingkat Tinggi mengenai perubahan iklim, yang disebut Conference of the Parties (atau disingkat COP) tahun ini kembali diadakan untuk yang ke-22 kalinya. Menyusul ditandatanganinya Paris Agreement pada acara COP setahun sebelumnya di Kota Paris, Perancis. COP pada tahun ini, yaitu COP 22, akan dilangsungkan di Kota Marrakech, Maroko, tanggal 7-18 November 2016, dengan mengangkat agenda solusi terhadap emisi nol persen gas karbon. Konferensi perubahan iklim sendiri sebenarnya telah berjalan sejak tahun 1995 atas prakarsa PBB dalam mengatasi dampak-dampak yang mungkin terjadi akibat pemanasan global di seluruh dunia.Â
Menjelang pelaksanaan COP 22, Uni Eropa bekerjasama dengan Prancis, Jerman, Inggris, Denmark, Belanda dan Swedia menggelar rangkaian acara Climate Diplomacy Week (atau Pekan Diplomasi Iklim) mulai tanggal 12 hingga 18 September  di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kemarin, 13 September 2016, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Timor Leste Vincent Guerend, Duta Besar Prancis untuk Indonesia Corinne Breuze dan Duta Besar Maroko untuk Indonesia Mohamed Majdi meresmikan pembukaan acara Pekan Diplomasi Iklim yang bertempat di Auditorium Pusat Kebudayaan Preancis, Jakarta. Acara peresmian ini juga dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Ibu Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar.
Acara peresmian diawali dengan pidato penyampaian visi dan misi dari masing-masing pihak mengenai kesepakatan Paris Agreement dalam upaya berbagi kesadaran mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup agar dapat mengurangi dampak pemanasan global, dengan tujuan ke depan memulai hidup baru dalam dunia yang bebas dari karbon. Tantangan yang dihadapi saat ini dalam mengatasi dampak dari perubahan iklim adalah mengurangi kenaikan suhu bumi setiap tahunnya di bawah 2 derajat celcius.Â
Perlu diketahui bahwa Indonesia saat ini merupakan negara keempat terbesar sebagai 'penyumbang' emisi gas karbon. Hal ini disebabkan antara lain pembalakan hutan liar untuk kepentingan pembangunan lahan kelapa sawit. Selain itu, pada tahun-tahun sebelumnya Indonesia masih mengekspor kayu gelondongan dari sumber-sumber ilegal sebanyak 80% ke negara-negara di Eropa.Â
Presiden Jokowi juga mencanangkan konsep bahwa 'hutan seharusnya adalah milik dan untuk rakyat' sejak dua tahun terakhir, sehingga keseluruhan konsep mengenai pengelolaan hutan juga harus diiringi dengan pengawasan yang menyeluruh terhadap perusahaan-perusahaan yang terkait dalam usaha tersebut. Hingga kini, sebanyak 12,7 juta hektar hutan telah diawasi pengelolaannya dalam ekspor kayu gelondong. Selain itu, Ibu Siti Nurbaya menambahkan bahwa kebijakan pemerintah yang dibuat dalam melindungi hutan Indonesia adalah diberlakukannya moratorium terhadap perkebunan kelapa sawit.
Setelah pidato dan diskusi, acara sore hari itu dilanjutkan dengan pemutaran film semi-dokumenter berjudul 'Tomorrow'Â yang disutradarai Cyril Dion dan Melanie Laurent. Publik Indonesia mungkin pernah mengenal wajah Melanie melalui film Hollywood 'Now You See Me' (2013) sebagai detektif yang dikirim dari Perancis untuk turut membantu kepolisian dalam melacak empat kawanan pesulap. Film ini berkisah tentang perjalanan Cyril dan Melanie ke sepuluh negara di dunia untuk mengetahui hal-hal yang dapat memprovokasi terjadinya bencana alam dan langkah-langkah pencegahannya.
Selain itu, film ini juga menampilkan kondisi dunia yang mungkin terjadi di masa depan. Film yang dirilis bersamaan dengan acara COP 21 tahun lalu telah didistribusikan ke 27 negara dan memenangkan penghargaan Piala Cesar tahun 2016 sebagai Film Dokumenter Terbaik. Piala Cesar merupakan penghargaan yang diberikan untuk film-film dokumenter terbaik dari seluruh dunia oleh Academie des Arts et des Techniques du Cinema.Â
Nah, Kompasianer sendiri, apa yang sudah dilakukan dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim dan pemanasan global? ***
Informasi lebih lanjut mengenai Pekan Diplomasi Iklim:
www.ec.europa.eu/clima
facebook.com/EUClimateAction