Sejak kemunculannya pertama kali tahun 2006, film tentang balapan mobil-mobil mentereng yang dibintangi Vin Diesel sudah memasuki sekuel kedelapan pada kuartal kuartal kedua tahun ini. Sebenarnya saya tidak mengikuti serial Fast Furious sejak awal, kecuali waktu Joe Taslim ikut bermain di dalamnya saja di seri ke-7, he he…
Namun berhubung kali ini saya dapat undangan nobar di bioskop khusus yang ada efek 4DX-nya, wah… kapan lagi, bukan. Bioskop berteknologi 4DX ini diciptakan oleh negeri ginseng Korea Selatan yang dapat memberikan sensasi kepada penontonnya seolah-olah ia ikut merasakan apa yang dialami pemain di dalam filmnya. Mulai dari efek benturan, tersiram air, hawa atau udara dingin, hingga efek tembak-tembakan (untungnya bukan dengan peluru, tapi air atau angin). Saya sudah agak ngeri duluan jika ada adegan motor atau mobil nyungsep penonton pun harus ikut nyungsep hingga 180 derajat. Untungnya sih tidak. Apalagi saat itu saya nonton sambil makan pop corn alias jagung mbleduk, nggak lucu juga kan kalau nanti pop corn-nya ikut terpelanting dan bikin berantakan lantai bioskop.
Teknologi 4DX ini diperkenalkan pertama kali melalui jaringan bioskop CGV di Korea Selatan pada tahun 2009, namun baru masuk ke Indonesia pada tahun 2013 untuk pemutaran film Percy Jackson: Sea of Monsters. Teman saya juga pernah menceritakan pengalamannya nonton di bioskop 4DX untuk film The Dark Knight Rises, yang katanya seru banget efek yang ditimbulkannya: ikut terlonjak, terdorong ke kanan dan ke kiri, terterpa angin, dan sebagainya.
Jadi, ceritanya Dominic yang sedang mengarungi kehidupan rumah tangga yang adem ayem dengan Letty nan seksi, tiba-tiba harus terusik dengan kehadiran cewek misterius (diperankan Charlize Theron) yang memaksa Dom untuk bekerja padanya. Dom yang berkarakter memegang teguh prinsip, mau tidak mau kali ini harus takluk kepada cewek tersebut, yang tidak lain adalah penjahat cyberkelas kakap bernama Cipher. Dom punya alasan mengapa ia terpaksa meninggalkan sahabat-sahabatnya dan mau melakukan kasus kejahatan baru untuk Cipher, yang ternyata sangat mengenal Dom luar dalam sewaktu masih jadi penjahat kriminal.
Siapa yang mengendalikannya ? Siapa lagi kalau bukan si cantik Charlize Theron.. eh, Cipher. Namun akting bengisnya di film ini mengingatkan saya pada perannya sebagai Queen Ravenna di film Snow White and The Huntsman. Kok tidak dibedakan sedikit yah dengan karakter jahat a la Cipher, jika di film sebelumnya ia mengenakan baju a la ratu, maka di film berdurasi dua jam ini bajunya saja yang kekinian.
Lucunya, hampir di setiap film action atau film spy Amerika sejak zaman Mbah Buyut hingga saya dewasa, yang jadi kambing hitam atau korbannya hampir selalu Rusia, termasuk di film ini. Cipher sampai harus meretas teknologi canggih agar bisa mendapatkan kode untuk membuka kendali nuklir yang dimiliki Rusia. Demi alasan apa? Sayangnya tidak jelas disampaikan di film ini, selain mengatakan bahwa, “Aku adalah buaya yang bersembunyi di kolam-kolam itu.”
Judul Film: The Fate of The Furious 8