Generasi angkatan 70 hingga 90-an mungkin tidak asing dengan komedian Dono, Kasino, Indro yang dianggap menjadi pelopor komedi modern di Indonesia. Meskipun ketiga pelawak yang membentuk grup bernama Warkop DKI ini lahir dan besar di periode tahun yang sama dengan orangtua saya, namun kepopulerannya dan kepiawaiannya meramu banyolan bermuatan sindiran terhadap pemerintahan yang dikemas ringan membuat Warkop DKI tetap bisa dikenal hingga generasi angkatan saya juga. Setidaknya, saya mulai mengenal Om Dono, Kasino dan Indro melalui lawakan pita kaset milik orangtua saya, serta film-film mereka yang diputar saban Lebaran dan hari-hari libur tanggalan merah lainnya.Â
Sayang, Om Dono dan Om Kasino yang jebolan kampus almamater UI ini sudah tiada. Sebelum menghembuskan napas terakhir, yang saya ingat dari berita entah di televisi atau koran, Om Dono berpesan kepada Om Indro agar tetap meneruskan eksistensi Warkop DKI. Beruntung Om Indro ini juga sama kreatifnya dengan kakak-kakaknya, karena terbukti film Warkop DKI kembali dibuat dengan karakter tokoh-tokoh utama yang sama melalui film berjudul Warkop DKI Reborn: Part 1, diperankan oleh para aktor muda yang kemampuan aktingnya memang sudah terbukti jempolan. Ada Vino G. Bastian peraih penghargaan Aktor Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2008, berperan sebagai Kasino, Tora Sudiro peraih gelar Aktor Terbaik juga dari FFI tahun 2007 yang berperan sebagai Indro, dan Abimana Aryasatya juga peraih piala Citra kategori Aktor Terbaik 2013 dan 2014 memerankan Dono. Maka, ketiganya pun all out bermain total menyelami karakter masing-masing tokoh yang mempunyai ciri khas: Kasino dengan logat ngapak-ngapaknya dan suka merasa paling pintar, Indro yang sering kebagian peran sebagai orang Batak (padahal aslinya mah Jawa tulen :D), serta Dono yang berlagak polos dengan gigi tonggosnya namun sering ketiban pulung ketimbang dua partnernya.Â
Misalkan saja saat adegan pengejaran begal, terutama saat sang begal bersembunyi di balik papan iklan biskuit merk terkenal sejak jaman nenek moyang (tetapi dipelesetkan menjadi Kong Cuan :D) dan berpura-pura menjadi sang ayah di dalam gambar reklame tersebut. Dono, Kasino dan Indro yang bekerja sebagai polisi ketertiban bernaung di bawah lembaga CHIPS, berpendapat bahwa iklan tersebut memang lebih baik jika diisi dengan kehadiran seorang ayah, sehingga mereka tidak jadi mengejar si begal. Tetapi malangnya, pada adegan lain ketika Dono, Kasino dan Indro dikejar oleh warga desa, mereka lah yang terpaksa bersembunyi di balik papan reklame, lagi-lagi bermerk sama, agar tidak tertangkap para warga. Ciri khas film Warkop DKI memang banyak adegan yang tidak logis, namun di situlah justru letak kelucuannya karena dilakonkan secara natural. Sedikit perbedaan yang saya tangkap pada Warkop DKI Reborn ini jalan ceritanya masih nyambung dari awal sampai akhir membentuk sebuah kisah.
Maka itu, demi membayar ganti rugi daripada masuk penjara, Dono, Kasino dan Indro melakukan berbagai cara agar bisa mendapatkan uang tersebut. Salah satunya dengan mengunjungi pakdenya Dono yang kaya-raya di sebuah desa dan tinggal di rumah Joglo yang besar, diperankan oleh Tarzan Srimulat, untuk meminjam uang. Sayang pakdenya Dono ini pikun, bukannya dikasih uang betulan, mereka malah menerima sebuah koper berisi uang-uang mainan yang biasa dipakai untuk permainan monopoli. Sampai akhirnya mereka tidak sengaja melihat kejadian tabrak lari dan menyelamatkan korban yang ditabrak. Sebelum menghembuskan nyawa terakhir, si korban meninggalkan pesan bahwa ia mempunyai harta karun yang tersimpan di Malaysia. Nah, kira-kira Dono, Kasino, Indro bisa nggak ya ngedapetin harta karun tersebut?Â
Film Warkop DKI Reborn layak menjadi tontonan hiburan bagi teman-teman yang rindu dengan kehadiran Om Dono, Om Kasino dan Om Indro di layar lebar. Dan, di sini letak kepiawaian pembuat skenario film agar kita tetap tidak lupa dengan eksistensi ketiga pelawak pelopor komedi modern Indonesia ini untuk tetap menonton film-film mereka. Memangnya ada apa sih di dalam film Warkop DKI Reborn yang bikin kita tetap harus pantengin? Ah, pokoknya nonton aja deh mulai 8 September di bioskop-bioskop terdekat ;). Jangkrik, bos! ***
Penulis Skenario: Anggy Umbara, Andi Awwe Wijaya, Bene Dion RajagukgukSutradara: Anggy UmbaraPemain: Vino G. Bastian, Abimana Aryasatya, Tora Sudiro, Hannah Al Rasyid
Rumah Produksi:Â Falcon Pictures
Durasi: 1 jam 50 menit
Rilis: 8 September 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H