Setiap negara di seluruh dunia pasti melakukan interaksi dengan negara lain. Walaupun negara tersebut tergolong sebagai negara maju maupun berkembang, tetap saja membutuhkan peran dan interaksi dengan negara lain dalam usaha memajukan negaranya. Interaksi suatu negara dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, bisa melalui kerjasama, memberi bantuan, hubungan diplomatik, diplomasi budaya dan lainnya.Â
Selain sebagai usaha memajukan negara, pada dasarnya interaksi yang dilakukan oleh suatu negara juga bertujuan untuk menjalin dan mempertahankan hubungan baik dengan negara lain. Sehingga tak heran bila banyak negara melakukan berbagai bentuk interaksi dengan negara lain guna menambah dan mempertahankan relasi.
Di masa sekarang, diplomasi budaya menjadi salah satu cara populer untuk berinteraksi yang digunakan suatu negara dalam usaha memperkenalkan budaya negaranya di negara lain. Sejatinya, budaya dapat digolongkan sebagai pilihan yang tepat dan memiliki potensi besar dalam usaha mempromosikan negara. Dikarenakan diplomasi budaya dianggap sebagai jalur yang tidak sensitif dan tidak berbahaya sehingga cenderung mendapatkan respon baik dari negara lain.Â
Menurut Sumaryo Suryokusumo, diplomasi adalah suatu kegiatan politik berskala internasional yang memiliki pengaruh besar dan kompleks dengan melibatkan peran pemerintah, organisasi internasional serta bisa juga melalui perwakilan diplomatik atau aktor lainnya dalam rangka mencapai tujuan negara. Sedangkan budaya adalah segala aktivitas, sikap, pengetahuan dan pola perilaku yang dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan masyarakat dan diwariskan pula secara turun temurun sebagai sebuah budaya.Â
Secara umum diplomasi budaya merupakan diplomasi dalam bentuk soft power yang berisikan interaksi dengan memperkenalkan atau mempromosikan seni, bahasa, dan informasi negaranya kepada negara lain, yang mana bertujuan agar aspek-aspek yang disebutkan tersebut semakin dikenal dalam skala luas dan sebagai salah satu cara untuk mewujudkan kepentingan nasional.Â
Diplomasi budaya tidak hanya dilakukan oleh negara saja, akan tetapi juga bisa dilakukan oleh aktor-aktor non negara seperti NGO, MNC dan lainnya bahkan bisa dilakukan oleh individu sekalipun. Adapun beberapa contoh diplomasi budaya yang dilakukan negara yakni  diplomasi budaya wayang kulit di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Indonesia, diplomasi budaya melalui makanan khas, tarian tradisional, pakaian adat, alat musik tradisional dan lainnya.
Menurut Tulus Warsito dan Wahyuni Kartika Sari (2007), diplomasi kebudayaan merupakan suatu upaya dari sebuah negara untuk dapat memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro melalui kesenian, ilmu pengetahuan, pendidikan, olahraga maupun secara makro seperti propaganda. Â
Adapun pendapat lain, menurut Milton Cummings, diplomasi budaya merupakan suatu kegiatan pertukaran ide, informasi, seni serta aspek-aspek kebudayaan lainnya yang bertujuan untuk menjaga sikap saling pengertian antara satu negara dengan negara lainnya maupun dengan masyarakat di negara tersebut.Â
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, diplomasi budaya menjadi salah satu cara populer yang digunakan suatu negara untuk berinteraksi. Ada begitu banyak contoh diplomasi budaya yang telah dilakukan negara-negara di dunia seperti diplomasi budaya Indonesia dengan Amerika Serikat, diplomasi budaya Malaysia dengan Indonesia dan masih banyak lagi. Namun, dalam tulisan kali ini pembahasan akan lebih berfokus pada diplomasi budaya yang dilakukan Malaysia di Indonesia.
Pada tahun 2021 silam, Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah diketahui pernah melakukan pertemuan dengan beberapa penggiat kebudayaan Indonesia. Pertemuan tersebut tepatnya dilakukan pada Senin, 08 November 2021, yang mana dalam pertemuan tersebut Saifuddin Abdullah mengenalkan inisiatif baru dari negara Malaysia yakni ingin melakukan diplomasi kebudayaan dengan Indonesia.Â
Diketahui adapun beberapa penggiat budaya asal Indonesia yang ditemui oleh Menteri Luar Negeri Malaysia diantaranya Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik RI Teuku Faizasyah, Direktur Jenderal Kebudayaan RI Hilmar Farid, Ketua Badan Pengurus Lembaga Manajemen Kolektif Wahana Musik Indonesia (WAMI) Cipto Jundarto, dan Wakil Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI), Dewi Kumala.Â