Mohon tunggu...
Dina Kamila
Dina Kamila Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Agenda Setting sebagai Strategi Kampanye Politik

12 November 2018   15:27 Diperbarui: 12 November 2018   15:39 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang berbentuk kesatuan yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan beranekaragam masyarakat dengan keyaninannya masing-masing. Indonesia menganut paham demokratis dimana setiap warga negara bebas untuk menyuarakan pendapatnya baik itu ditujukan kepada waga negara lainnya maupun kepada pemerintah. Berbeda halnya dengan saat masa kepemimpinan presiden Soeharto dimana kekuasaan sepenuhnya dipegang oleh pemerintah dan tidak boleh ada campur tangan dari warga negara atau masyarakat. Apapun yang dilakukan presiden dan kebijakan apapun yang ditetapkan oleh presiden harus ditaati oleh semua orang. Masyarakat seolah dibungkam dan tidak boleh bersuara walaupun kebijakan yang dibuat dianggap merugikan masyarakat. Pada masanya semua media dikendalikan oleh pemerintah baik media cetak maupun media elektronik seperti radio dan koran. Yang disiarkan dan diberitakan adalah seluruhnya kegiatan pemerintah dan apapun kegiatan pemerintah tersebut tidak boleh dikritik oleh masyarakat maupun media. Jika dilanggar maka orang atau media tersebut dapat menerima sanksi berupa hukuman mati.

Padahal tidak mustahil apabila sebuah media memiliki ideologi, sikap politik, dan kebijakan redaksional tertentu mengenai suatu kekuatan politik, dimana faktor-faktor ini bepengaruh terhadap penggunaan simbol politik, pengemasan pesan, dan pemberian tempat mengenai kekuatan politik tersebut. Alhasil satu peristiwa politik bisa menimbulkan opini publik yang berbeda-beda, tergantung media yang memberitakannya (Nimmo, 1978 dan McQuail, 1996). Sehingga pada masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudoyono atau biasa disebut SBY system otoriter tersebut dicabut dan diganti dengan paham demokrasi. Karena sebuah media adalah sebuat alat komunikasi yang harus menunjukan kebenaran yang sesungguhnya dari suatu kejadian. Terdapat berbagai jenis media mulai dari media cetak hingga elektronik, konfensional dan modern. Banyaknya media yang berkembang saat ini membuat semua orang semakin tertarik untuk menggunakannya seperti media sosial yang digunakan untuk membangun eksistensi dirinya, media berita elektronik yang dapat diakses melalui telepon masing-masing dan televisi sebagai media yang tetap eksis hingga saat ini. Adanya media-media tersebut memunculkan sebuah teori yaitu agenda setting theory dimana media mengunggah berita-berita dengan topik yang terbaru dan mempunyai nilai jual yang tinggi secara terus menerus hingga masyarakat menganggap bahwa berita tersebut sangat penting walaupun sebenarnya tidak terlalu penting.

Seperti yang kita ketahui bersama saat ini media sedang sibuk dengan berita yang menyangkut tentang kegiatan apa saja yang dilakukan para calon presiden dan calon wakil presiden tahun ini.  Bagaimana strategi mereka untuk menarik masyarakat untuk memilih mereka menjadi pemimpin dengan segala janji mereka yang belum tentu terwujudkan. Seperti contoh yang dilakukan salah sati calon yaitu dengan blusukan ke pasar tradisional untuk memantau harga sembako, melakukan pidato program kerjanya jika terpilih, dll. Media terus mengunggah kegiatan para calon dengan berbagai macam kemasan berita, namun kurang kita sadari bahwa ternyata media-media mengunggah adalah milik para calon pemimpin. Seperti misalnya MNC Grup yang merupakan milik salah satu partai sehingga media tersebut digunakan untuk mengunggah segala kegiatan yang dilakukan oleh calon pemimpin sehingga masyarakat akan menganggap bahwa dialah calon pemimpin yang baik untuk mereka. Contoh lain dari agenda setting yang tidak berkaitan dengan politik adalah jatuhnya pesawat Lion Air yang terjadi pekan lalu, media memberitakan peristiwa tersebut selama satu pekan sehingga menganggap bahwa berita tersebut penting dan masyarakat lupa bahwa ada peristiwa yang lebih penting yaitu bagaimana keadaan korban bencana di Sulawesi yang terjadi bulan lalu yang menelan lebih banyak korban.

Kegiatan di bidang media massa dewasa ini termasuk di Indonesia telah menjadi industri. Dengan masuknya unsur kapital, media mau tak mau harus memikirkan pasar demi keberlangsungan hidup mereka bahkan demi  keuntungan (revenue) baik dari penjualan maupun dari iklan. Tak terkecuali dalam menyajikan peristiwa politik, faktor modal (pasar) ini berpengaruh terhadap pengkonstruksian realitas politik (Herman, 1992). Hal ini juga dimanfaatkan menjadi agenda setting oleh perusahaan Shopee untuk mengunggah onlineshop mereka dengan berbagai tawaran diskon secara terus menerus sehingga masyarakat menganggap bahwa online shop itu hanya Shopee. Terjadi simbosis mutualisme disini karena media diuntungkan dengan biaya iklan dan perusahaan online shop diuntungkan dengan strategi agenda settingnya.

Lalu siapa yang rugi?

Sumber: Jurnal Sosial Humaniora.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun