Daerah perkotaan merupakan salah satu jalan emisi masifnya polusi, sehingga tak sedikit kota-kota besar di Indonesia yang menerapkan transportasi ramah lingkungan. Transportasi ramah lingkungan digadang-gadang menjadi solusi di tengah minimnya udara bersih, tak dapat dipungkiri bahwa kota menjadi jantung poros kehidupan ekonomi. Di tengah kepadatan manusia, udara merupakan suatu hal  esensial yang perlu dijaga agar senantisa sejuk nan bebas polusi. Kebutuhan akan udara yang sehat, menjadi prioritas utama bagi segenap makhluk hidup di bumi.
Kemajuan peradaban teknologi yang kian bergerak pesat dari zaman ke zaman. Sudah seyoginya disambut dengan berbagai inovasi, seperti hadirnya  pengelolaan sampah plastik menjadi tenaga listrik yang dilakukan oleh mahasiswa ITB.(Permana 2022). Guna mengurangi beban emisi yang membuat polusi dan memperkeruh udara, berbagai kendaraan listrik pun sudah mulai bermunculan. Contohnya kereta api listrik, sepeda motor listrik, mobil listrik, feeder listrik dan juga bus listrik kini telah terdapat di berbagai kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya.
Surabaya menjadi salah satu kota yang telah menerapkan transportasi ramah lingkungan. Mulai dari hadirnya Suroboyo Bus, yang awalnya membayar menggunakan botol air mineral bekas, kini telah menggunakan sistem pembayaran modern melalui QRIS . Selain membangun peradaban masyarakat yang lebih melek teknologi, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi juga dapat mengurangi peredaran uang fisik di masyarakat. Metode pembayaran digital diharapkan dapat mengurangi limbah dan emisi karbon dunia.Â
Selain itu, pemerintah Surabaya berencana menganggarkan pengadaan bus listrik sebagai penambahan sektor transportasi yang ramah lingkungan.(Yustika 2023). Kemunculan berbagai transportasi ramah lingkungan masih perlu ditekankan pada alat transporasi lainnya, seperti truk listrik yang hingga kini masih sedikit dan bahkan hampir tak terlihat.Â
Sebab masifnya truk-truk di jalan raya yang mengelurkan banyak emisi, menjadi penyumbang sebagian besar polusi udara. Hal tersebut perlu diimbangi dengan memanfaatkan bahan bakar dari energi listrik.  Transportasi yang menggunakan energi listrik  dapat mengurangi emisi dan dampak polusi udara. Selain hemat biaya, juga dapat menghemat energi sumber daya gas bumi yang setiap tahunnya semakin menipis.
Sebuah impian manakala segenap sektor transportasi, baik jalur darat, air, maupun udara dapat memanfaatkan tenaga listrik yang bersumber dari pegelolaan sampah maupun sektor tenaga surya sebagai bahan bakarnya. Misalnya transportasi air, kehadiran kapal yang bertenaga surya sebagaimana ide yang digagas oleh para mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Telkom Surabaya.(Ardhana et al. n.d., 106). Energi matahari yang ditangkap menggunakan panel cell surya untuk menggerakan transportasi dinilai juga ramah lingkungan, sebab tidak ada gas buang yang dihasilkan oleh energi surya. Apabila perawatan panel surya baik, maka panel surya dapat digunakan selama 20-30 tahun. Namun energi surya juga terdapat kelemahannya, diantaranya biaya panel surya yang mahal. Harga panel surya di Indonesia saat ini berada di kisaran US$ 1/Watt peak (Wp) atau US$ 1.000/kilowatt peak (kWp).Â
Kehadiran sektor transportasi yang ramah lingkungan, kian turut meningkatkan program pertumbuhan ekonomi hijau Bappenas. Konsep Green Economy atau ekonomi hijau merupakan gagasan ekonomi yang berpusat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi kerusakan lingkungan yang signifikan. Kota-kota besar di Indonesia yang telah menerapkan transportasi ramah lingkungan, seyoginya dijadikan contoh untuk diterapkan di daerah lain sekitarnya.
Tak hanya di kota-kota besar, tetapi juga diharapkan menjalar hingga ke daerah-daerah pelosok untuk pemerataan pembangunan. Maka perlu dukungan dari berbagai pihak terkait, misalnya memperbanyak penyediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik (SPKLU). Selain itu, dibutuhkan kesadaran masyarakat melalui suatu gerakan menabung energi untuk saling bersinergi dan berkolaborasi antara sektor transportasi dengan sektor energi. Gerakan tersebut dapat dimulai dengan hal-hal kecil, seperti dengan beralih menggunakan angkutan umum daripada menggunakan kendaraan pribadi.Â
 Referensi:
Ardhana, M Abyan Seifa, Clara Dilla A P, Riska Satria P, and Dominggo Bayu B. "KAPAL BERTENAGA SURYA ITTELKOM SURABAYA." : 193-98.
Permana, Adi. 2022. "Ubah Sampah Plastik Menjadi Listrik, Mahasiswa ITB Kembangkan Sistem Waste to Energy (WTE)." itb.ac.id. https://www.itb.ac.id/berita/ubah-sampah-plastik-menjadi-listrik-mahasiswa-itb-kembangkan-sistem-waste-to-energy-wte/59120 (November 29, 2023).
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya