Mohon tunggu...
Dina Friska Pakpahan
Dina Friska Pakpahan Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

Smart, Smile, and Share Together

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Santa Claus = Muslim, No!

18 Desember 2014   18:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:02 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suasana Natal telah terasa di bulan Desember. Memperingati kelahiran juruslamat bagi Umat Kristiani (walau sebenarnya Kristus tidak lahir di Bulan Desember ). Bukan itu sih inti tulisan saya. Saya lebih suka membahas hal yang general. Soal ajaran itu prinsipil dan tidak perlu saya paparkan disini. Saya ingin membahas tentang toleransi yang kian merosot di bumi Indonesia ini.

Ini bermula dari tulisan tentang jonru menjonru di sosmed, berujung pada komen tentang pemakaian topi santa claus. Saya rasa, menggunakan topi santa claus tentu tidak ada hubungannya dengan meng-kristenkan umat muslim. Ini perlu digarisbawahi. Mungkin karena momennya aja kali ya makanya orang langsung berfikiran negatif. Saya suka lagu Maher zein “Alhamdulillah” tetapi saya terjemahkan itu sebagai rasa syukur kepada Yesus Tuhan Saya. Jadi tidak secara otomatis akan meng-Islamkan saya. Bagaimana dengan relawan pengajar ke pelosok terutama ke daerah Aceh yang mengharuskan mereka menggunakan Jilbab? Padahal banyak diantara mereka adalah Kristen yang Taat. Mereka tetap memakai jilbab sekalipun itu belum pernah mereka lakukan. Bahkan yang herannya, mereka malah berdedikasi tinggi di tempat dimana mereka ditempatkan. Jadi apa yang salah ya?? Teman saya banyak yang Muslim, Sepupu kandung saya Muslim, mereka tidak makan makanan yang haram tetapi mereka tidak berjauhan saat santap siang waktu itu. Bahkan saya pernah makan bersama 2 murid saya beragama Muslim dan Hindu. Toh kami bias berdoa masing-masing walau makanan yang kami makan berada dalam piring yang sama (sepiring).

Kenapa Muslim-Kristen bak kucing dan tikus. Ada banyak agama di Indonesia. Tercatat sampai detik ini 6 agama, namun permasalahan selalu focus pada yang dua ini. Ada apa??? Bahkan caci-mencaci seolah menjadi hal yang wajar bagi mereka dalam berdialog. Apakah karena sosmed ini ibarat kertas putih yang siap dicoret sesuka hati?? Heran, berontak dihati, tapi tentu tak ingin menutup mulut mereka satu persatu. Karena itu hak mereka. Apa tidak ada lagi batasan di dalam hatinya untuk mengeluarkan mana yang membangun dan mana yang menghancurkan??

Gunung memang tinggi, tapi dia tidak akan memaksakan lautan supaya seperti dirinya. ikan di laut tentu tidak bisa memaksakan burung untuk berenang sebagaimana ia berenang, tidak ada yang perlu diperdebatkan. Itu yang membuat indah. Yang tidak indah itu jika Burung yang tinggal di lautan. Kan aneh tu namanya. Bagi yang muslim mau atau tidak mau memakai topi biarlah pribadinya yang berbicara terhadap Tuhannya dan Imannya. Biarlah dia yang menentang atasannya untuk tidak menurutinya. Dan bagi Kristen berJilbab, biarlah dia dengan hatinya menjalankan apa yang baik menurut dirinya. toh kita tidak bisa menyelamatkan mereka ketika Panggilan dari Yang diatas Datang. Tentu Iman yang menyelamatkan (Tergantung Kepercayaan). Salam Penuh Hormat!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun