Mohon tunggu...
Dina Fitriani
Dina Fitriani Mohon Tunggu... Operator - Operator sdit

Membaca menulis dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Di Batas Negri Ketika Sekolah Hanya Sebatas Nama

1 Januari 2025   08:08 Diperbarui: 1 Januari 2025   08:08 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Sekolah Di Pedalaman Papua Kekurangan Guru (Sumber foto : Pinterst)

Pendidikan adalah hak dasar setiap anak Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Namun, kenyataannya, tidak semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan yang layak, terutama mereka yang tinggal di pedesaan. Masalah utama seperti minimnya fasilitas belajar dan kurangnya tenaga pengajar berkualitas menjadi penghambat besar dalam mewujudkan cita-cita pendidikan yang merata di negeri ini.

Berikut beberapa Hambatan Pendidikan di pedasaan yang sering terjadi : 

- Minimnya Fasilitas, Hambatan Awal
Banyak sekolah di pedesaan yang masih berjuang dengan keterbatasan fasilitas. Ruang kelas yang rusak, tidak adanya perpustakaan, dan minimnya akses ke teknologi adalah pemandangan umum. Anak-anak sering kali harus belajar di bawah atap bocor, menggunakan meja dan kursi yang sudah reyot. Bahkan, beberapa sekolah tidak memiliki laboratorium atau alat peraga untuk menunjang pembelajaran.
Kondisi ini membuat pembelajaran menjadi tidak efektif. Siswa hanya mendapatkan teori tanpa adanya praktik yang mendalam. Misalnya, dalam pelajaran IPA, mereka hanya melihat gambar alat-alat laboratorium di buku tanpa pernah menyentuh alat-alat tersebut secara langsung. Hal ini tentu berdampak pada pemahaman dan kualitas belajar mereka.
-Kekurangan Guru: Tantangan yang Tak Kalah Besar
Selain fasilitas, kekurangan tenaga pengajar juga menjadi masalah serius. Banyak sekolah di pedesaan hanya memiliki segelintir guru yang harus mengajar semua mata pelajaran. Bahkan, ada guru yang harus menangani beberapa kelas sekaligus karena keterbatasan jumlah tenaga pendidik.
Kondisi ini diperparah dengan rendahnya tingkat kesejahteraan guru di daerah terpencil. Minimnya insentif dan fasilitas membuat banyak guru enggan ditempatkan di pedesaan. Akibatnya, siswa di pedesaan tidak mendapatkan pengajaran yang maksimal. Mereka kehilangan peluang untuk diajar oleh guru yang kompeten di bidangnya.

Apa Dampak pada Masa Depan Anak-anak?
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada saat ini, tetapi juga masa depan anak-anak di pedesaan. Keterbatasan akses pendidikan membuat mereka  sulit bersaing dengan anak-anak dari kota dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau memasuki dunia kerja. Potensi besar yang dimiliki anak-anak di pedesaan pun terabaikan.
lalu bagaimana solusinya? Solusi menurut pendapat saya demgan cara  Kolaborasi untuk Perubahan Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan di daerah pedesaan. Membangun fasilitas yang layak dan menyediakan insentif bagi guru yang bersedia mengajar di pedesaan harus menjadi prioritas.
Di sisi lain, masyarakat dan sektor swasta juga dapat berperan. Program CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaan-perusahaan besar dapat difokuskan pada pembangunan sekolah atau penyediaan fasilitas belajar di pedesaan. Selain itu, masyarakat juga dapat bergotong-royong untuk memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak.
Terakhir perlu saya ingatkan bahwa Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih baik. Anak-anak di pedesaan memiliki mimpi dan potensi yang sama besarnya dengan anak-anak di kota. Namun, mereka membutuhkan dukungan kita untuk mewujudkan mimpi tersebut. Mari bersama-sama bergerak untuk memastikan bahwa tidak ada lagi anak Indonesia yang terhalang masa depannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun