Mohon tunggu...
Dina Fitriah
Dina Fitriah Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris MA Nurus Sholah Yosowilangun Lumajang

Hi, My name is Dina Fitriah. You can call me dina. I wanna share my random writings xoxo :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki Hadjar Dewantara

21 Februari 2023   13:12 Diperbarui: 21 Februari 2023   13:19 2458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan di Indonesia pada zaman sebelum proklamasi hanya bisa dinikmati oleh sebagian kalangan saja seperti anak keturunan Belanda - Indo, anak bupati, anak raja dan beberapa orang piihan yang dipilih untuk membantu usaha dagang milik Penjajah. Tidak ada catatan pergolakan untuk menolak diskriminasi pendidikan pada saat itu, kiranya apa yang melatarbelakangi hal tersebut. apakah tidak adanya kesadaran dari diri masyarakat Nusantara akan pentingnya pendidikan atau kah akses yang sulit sehingga tak bisa mencicipi dunia pendidikan pada zaman sebelum kemerdekaan. 

Pada awal abad ke-20 pemerintah Hindia Belanda menggulirkan kebijakan politik Etis. Politik Etis merupakan pernyataan bentuk keprihatinan atas kehidupan pribumi yang memprihatinkan. Meskipun pendidikan diberikan kepada masyarakat pribumi namu lagi – lagi itu hanya pendidikan dasar bukan bukan pengetahuan yang lebih atas tingkatnya seperti negara barat. Sebenarnya, dalam kebijakan-kebijakan politik Etis, terdapat lebih banyak janji daripada pelaksanaan, dan fakta-fakta penting tentang eksploitasi dan penaklukan sesungguhnya tidak berubah, tetapi ini tidak mengurangi arti penting jaman penjajahan baru ini. 

Walaupun pemerintah kolonial Hindia Belanda telah memajukan pendidikan di Hindia Belanda, tidak semua kaum pribumi mendapatkan pendidikan secara Barat yang dianggap modern. Hanya anakanak para bangsawan dan orang-orang kaya terpandang saja yang bisa bersekolah di sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sedangkan kaum pribumi dari golongan rakyat jelata tidak dapat merasakan pendidikan secara Barat. Anak-anak pribumi hidup dalam lingkaran kebodohan dan kemiskinan. Melihat realitas tersebut mendorong anak bangsa dari kalangan terdidik ini memulai perjuangan kemerdekaan bangsa dalam ranah pendidikan yang berhasil menggugah semangat pendidikan bangsa Indonesia. 

Ki Hadjar Dewantara untuk memajukan pendidikan karena menurutnya dengan pendidikanlah seseorang dapat mengerti akan keberadaan / kemerdekaannya baik secara lahir maupun batin. Sehingga dengan pendidikan, bangsa Indonesia mampu melepaskan diri dari cengkeraman penjajah dan bersatu membangun masa depan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sekolah Taman Siswa. Dengan adanya sekolah ini, Ki Hadjar Dewantara dapat mendidik anak-anak pribumi menjadi pandai dan wawasan mereka menjadi terbuka serta bisa melihat realitas bangsanya yang terjajah.

Politik Etis telah melahirkan kaum cerdik pandai. Wawasan mereka telah terbuka berkat pendidikan model Barat. Kesadaran akan nasionalisme telah lahir. Pengalaman masa lampau, bahwa perjuangan dengan mengangkat senjata yang bergantung pada satu pemimpin dan tidak memiliki sistem organisasi yang teratur dengan mudah dilibas oleh pemerintah kolonial. Untuk itu mereka sekarang telah mempunyai konsep bahwa perjuangan harus dirubah dari cara tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun