Setelah mengikuti pertemuan satu pekan yang lalu,saya harus dirapid. Hal ini dikarenakan oleh perasaan tidak enak badan setelah pertemuan tersebut.Â
Setelah menjalani tes hasilnya memang negatif dan ini menjadi suatu kebahagiaan bagi saya karena saya terbebas dari covid-19. Akan tetapi pengalamanku tak hanya berhenti sampai di situ.Â
Deman yang kualami makin hari makin aneh. Biasanya kalau saya demam cukup minum obat batuk dan flu. Tapi demam yang kualami kali ini serasa membuat badanku rontok tak bertenaga.Â
Mau tidak mau saya harus mengurung diri dikamar dan mulai menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan.Â
Bagiku tidaklah enak menghabiskan seorang diri. Biasanya saya tertawa bersama kawan-kawan,makan bersama,doa bersama,rekreasi bersama bahkan jalan bersama. Kali ini saya harus berdiam diri dikamar.Â
Segala sesuatu ang kuperlukan mereka siapkan didepan pintu kamar saya. Saya diberi laptop dengan gadget supaya bisa mengikuti perkuliahan dan komunikasi dengan para suster di komunitas.
Ada perasaan sedih bahwa tidak ada orang yang bisa mengunjungi saya. Yang ada hanyalah suara yang memanggil dari balik tembok untuk menanyakan bagaimana perasaanku dan apa kebutuhanku.Â
Selebihnya yang ada hanyalah keheningan juga kesepian. Rute perjalananku hanyalah kamar mandi-meja belajar dan tempat tidur. Rasa bosan kadang-kadang menghantui. Keadaan saya saat ini memaksa saya menjadi kaum rebahan,sungguh sesuatu yang tidak mengenakkan.
Saya tidak mau berlama-lama dibelenggu oleh perasaan yang tidak nyaman. Oleh karena itu saya menata rutinitasku selama isolasi supaya hari-hariku dapat terisi dengan kegiatan yang bermakna.Â
Tentu saja saya harus menggunakan waktuku lebih banyak untuk brdoa,bermeditasi dan belajar. Beberapa waktu lain saya gunakan untuk menuliskan refleksi harian saya.Â