Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prapaskah III :Penyucian Bait Allah ( Yoh 2:13-22)

7 Maret 2021   09:49 Diperbarui: 7 Maret 2021   09:55 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah penyucian Bait Allah termuat dalam keempat Injil (Mat 21:12-13, Mrk 11:15-17, Luk 19:45-46 dan Yoh 2:13-25). Yohanes melihat penyucian Bait Allah ini sebagai pewahyuan pribadi Yesus sedangkan Injil Sinoptik memandang sebagai kritik yang berwibawa dari Yesus dalam kehidupan Yahudi itu. 

Dalam konteks sinoptik, kerap kita mengatakan bahwa Yesus marah karena Bait Allah dijadikan sebagai sarang penyamun atau tempat berjual-beli, sehingga Ia pun memporak-porandakan barang dagangan di sekitar Bait Allah itu. Tak heran kisah ini diterjemahkan ketika seorang pemimpin melakukan tindakan tegas untuk memperbaiki kesalahan, yang kita ingat adalah sistem raja monarki dengan tindakan otoriternya. Tetapi bagiku ini mengingatkanku saat masa kecilku, ketika aku salah, lalu ibu-ayah menghukumku sebagai wujud dari kasih sayangnya kepadaku. 

Dalam teks dikisahkan Yesus membuat cambuk dari tali lalu mengusir para pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang. Mengapa Yesus melakukan itu? Hal ini disebabkan adanya perampasan uang dengan mengatasnamakan agama yang dilakukan oleh para pejabat Bait Allah. Perampasan itu memang tidak begitu nampak, sebab terselubung dalam peraturan dan kewajiban keagamaan di Bait Allah. Kewajiban itu berupa pembayaran pajak Bait Allah dan persembahan kurban bakaran.

Pelataran orang kafir atau non-Yahudi adalah pelataran yang paling luar dari Bait Allah. Pelataran orang kafir itulah satu-satunya tempat bagi orang non-Yahudi boleh datang dan berdoa setelah pertobatannya. Namun para pejabat Bait Allah telah menjadikannya tempat berjualan, sehingga hiruk-pikuk orang, teriakan para pedagang, kegaduhan tawar-menawar dan suara beragam hewan, pun gemerincing uang logam, telah membuat tempat itu tidak bisa lagi dipakai untuk berdoa. Dengan demikian tertutup sudah kemungkinan bagi orang non-Yahudi yang mau datang mencari dan menyembah Allah di rumah-Nya. 

Penyucian Bait ini dimaksudkan untuk menggambarkan pembatalan kultus Yahudi oleh Yesus sendiri, dan digantikan oleh diri-Nya sendiri, melalui wafat dan kebangkitan-Nya. Dengan kematian dan kebangkitan-Nya itu Mesias akan memperkenalkan ibadat dan penyembahan yang benar kepada Allah. Hal ini terjadi dihubungkan dalam kesatuan antara Yesus dengan Gereja yang dikomunikasikan kepada umat-Nya melalui sakramen-sakramen. Itu berarti bahwa dengan kedatangan-Nya ibadat kurban bakaran di Bait Allah yang dibarengi perampasan terselubung itu harus ditinggalkan. Ibadat kurban dan penyembahan di Bait Allah yang dibuat dan diatur oleh manusia itu harus diakhiri dan Yesus telah menggantikan dengan diri-Nya dan menghubungkan manusia langsung kepada Allah. 

Mari kita jadikan Bait Allah (dalam konteks kekristenan adalah gereja) sebagai rumah doa, tempat untuk mendekatkan diri dengan Allah bukan sebagai tempat untuk mencari uang, menipu umat dengan pengumpulan iuran-iuran yang tak beralasan atau seolah-olah dipandang dengan tujuan mulia padahal sebuah rencana busuk untuk menggandakan uang. 

Mari juga kita jaga kebersihan, keheningan dan kerapiannya karena gereja adalah tempat kudus. Gereja bukanlah tempat yang dengan mudahnya kita meninggalkan  sampah (bungkus permen, snack, punting rokok, dll) dan kita campakkan begitu saja. Kebersihan dan kerapian gereja bukanlah hanya saat Natal, Paskah atau perayaan-perayaan yang dirasa perlu meriah dengan segala dekorasi-dekorasi yang kadang merusak pandangan karena tidak sesuai dengan kaidah atau aturan tata liturgi. Rumah saja kita bersihkan apalagi gereja sebagai tempat Allah bersemayam. Mari berbuat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun