Tadi pagi ketika saya bepergian ke kampus saya sengaja lewat dari jalan lintas. Salah satu tujuan saya lewat dari jalan lintas ini adalah untuk menghindari macet dan juga agar saya lebih cepat tiba ditujuan. Kebetulan saja saya berhenti karena lampu merah.
Dan saya mengambil posisi yang aman pada saat itu yakni berada diantara mobil-mobil yang sudah berbaris dengan rapi. Sembari menunggu lampu hijau saya menikmati suasana pagi yang masih dingin.
Dalam situasi yang tenang itu,seorang bapak menyodorkan satu kotak kecil kearahku. Diktak itu ada tertulis " Mohon bantuannya untuk kami penderita kusta".
Ketika kotak sumbangannya disodorkan kearahku saya tidak langsung memberinya,melainkan saya masih memperhatikan sekujur tubuhnya. Tapi memang betul bapak itu adalah seorang penderita kusta. Hal terlihat pada jari kaki yang sudah hampir habis. Bahkan jari tangan hanya tersisa beberapa lagi.
Dengan segera saya merogoh kantong almamaterku dan memberikan kepadanya. Dengan wajah memelas bapak itu mengucapkan terima kasih kepadaku dan berlalu dari sampingku.Beberapa saat kemudian kendaraan melaju dan aku pun ikut melaju menuju kampusku.
Setibanya di kampus, dosen yang hendak kujumpai belum juga tiba. Sembari menunggu dosen saya duduk diperpustkaan sambil membaca buku. Akan tetapi saya tidak fokus membaca buku tersebut karena peristiwa yang baru saja saya alami.
Saya berpikir begini " Tentu saja bapak itu tidak menginginkan dirinya demikian,dan ia harus menahan dingin dan panas terik untuk mendapatkan sesuap nasi. Bapak itu tidak peduli sama sekali dengan wabah yang melanda dunia saat ini. Mengapa demikian ? Karena yang ia pikirkan adalah hidup untuk hari ini.
Peristiwa  ini mengingatkan saya pada bacaan injil kemarin yakni kisah penyembuhan orang kusta. Dikisahkan bahwa Yesus menyembuhkan orang sakit kusta  karena belas kasih Yesus dan bukan berbalas kasih. Berbelaskasih berarti bersama-sama menderita.
Orang yang berbelaskasih adalah orang yang ikut merasakan penderitaan orang lain. Yesus ikut merasakan penderitaan si kusta itu. Karena itu, ita tidak hanya berkata dari jauh: "Aku mau jadilah engkau tahir", tetapi ia mengulurkan tangan-Nya dan menjamah si kusta itu.
Dan terjadilah penyembuhan. Yesus sendiri tidak menghendaki perbuatan berbalas kasih. Berbalas kasih maksudnya aku mau memberi apabila aku menerima. Jika tidak demikian maka saya tidak mau memberi. Berbalas kasih mengandung hukum wajib membalas.