Selama masa pandemi kata "LDR" semakin trend dikalangan kawula muda. Eh,nggak juga hanya dikalangan kaum muda, kita juga harus berani berkata "kita LDR-an saja dulu".Entah terhadap anggota keluarga,sahabat,kenalan dan rekan kerja. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran covid-19.
Saya sendiri juga mengalami hal yang demikian.Ketika suasana nataru ayah dan ibu bolak balik melontarkan pertanyaan yang sama kepada saya," Suster kapan libur ?". Â Yehh,jawaban yang sama saya lontarkan kepada mereka," Ma,Pa,tahun ini kita LDR-an saja dulu. Doakan pandemi segera berakhir agar kita bisa bertemu seperti yang dulu.
Pengalaman saya itu hanyalah contoh kecil dari LDR-an tidak sampai merasakan yang namanya rindu yang berkepanjangan yang berujung pada kata curiga.Lalu bagaimana dengan pasangan yang menjalani LDR.
Mau tidak mau mereka harus menjalaninya sembari menahan rindu akibat jarak yang memisahkan.Mereka hanya bertemu di dunia maya,walaupun pertemuan itu adalah satu hal yang dirindukan. Bertemu didunia nyata bukan bertemu didunia maya.
Meski pada saat ini kita telah dipermudah oleh teknologi untuk berkomunikasi,akan tetapi keuntungan itu  tidak akan pernah bisa menggantikan kehadiran seseorang secara langsung. Kendala lain yang dihadapi ketika hanya mengandalkan gadget untuk berkomunikasi ialah sinyal.
Untuk para pengguna paket data sinyal tidak selalu 4G. Ketika kita bepergian kesuatu tempat  dan ditempat tersebut mungkin hanya muncul jaringan  3G,H+,bahkan E biasanya apa yang terjadi dengan orang-orang terdekat kita ? Jawab sendirilah ya..
Saya punya satu pengalaman unik. Suatu hari saya bepergian ke salah satu tempat untuk refreshing. Kebetulan di tempat itu tak secuil pun ada jaringan. Ketika saya menghidupkan data yang muncul adalah E. Tentu gadget saya tidak bisa digunakan untuk berkomunikasi via WA,IG,ataupun FB. Ya sudah,akhirnya gadgetnya dibiarkan begitu saja hingga pulang. Gadgetnya digunakan untuk keperluan dokumentasi saja.
Dalam perjalanan pulang,saya kembali mengaktifkan paket data pada gadget saya. Mungkin dalam hitungan detik puluhan pesan WA bermunculan. Waktu itu saya segera membaca pesan WA dari seorang sahabat yang bernada kesal," Owh,kamu sudah berubah sekarang ya. Tidak mau lagi mengangkat telepon,dan chat pun tidak dibalas sepanjang hari (menyisipkan emot marah).
Membaca pesan itu saya hanya tersenyum saja. Kemudian saya balas dengan pesan singkat," Ingat,sinyal tidak selalu 4G".Pada saat itu  Saya berharap bahwa pesan singkat ini dapat mengubah persepsinya tentang saya.Â
Keadaan seperti ini mungkin sering menimbulkan rasa curiga. Rasa curiga bisa muncul ketika kita tidak mendapatkan kabar seseorang dalam jangka waktu tertentu. Salahkah kita curiga ketika situasi demikian ? Kalau saya menjawab tidak ada yang salah. Sesuatu yang wajar apabila kita curiga terhadap seseorang ketika kita tidak mendapatkan kabar tentangnya,apalagi seseorang itu adalah orang terdekat dalam hidup kita.Â