Â
   "Aku akan menciptakan penolong baginya, yang sepadan dengan dia"Â
Kehadiran perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki pada awal penciptaan disebut sebagai penolong yang sepadan. Tepatkah ungkapan itu? Apakah yang menjadi tekanan utama atas ungkapan itu? Perempuan sebagai penolong bukanlah diartikan sebagai asisten, pembantu atau posisi yang lebih rendah.Â
Perempuan adalah pendamping. Kesan sebagai pembantu akan hilang. Namun muncul kesan baru, yakni kehadiran perempuan hanya sekadar mendampingi dan kurang mengambil inisiatif dalam relasi dengan laki-laki. Padahal inisiatif sangat diperlukan perempuan karena kesetaraannya.Â
Perempuan adalah mitra (partner). Kandungan katanya merujuk pada konotasi inisiatif. Bila ini dikenakan dalam relasi suami-istri, relasi itu lebih pada hubungan kontrak. Padahal perkawinan itu ikatan permanen, sekali seumur hidup. Perempuan dalam kapasitasnya tidak dimengerti lebih rendah dari laki-laki. Perempuan setara sebagai pendamping yang inisiatif dan menjadi mitra laki-laki seumur hidup.
Sekalipun "Penolong" memiliki genus maskulinum. Karakteristik penolong itu ada dalam diri laki-laki dan perempuan. Dalam kisah penciptaan, kodrat perempuan bukan lebih menekankan sebagai penolong laki-laki melainkan sebagai penyandang gambar Allah. Istilah penolong kerap dikenakan kepada Allah dalam relasinya dengan bangsa Israel. Jadi bukan berarti saat Allah menolong Israel posisi Allah menjadi lebih rendah. Bukan juga menekankan bahwa perempuan lebih kuat daripada laki-laki karena yang ditolong lebih lemah daripada penolong.Â
Laki-laki dan perempuan memiliki persamaan berdasarkan kemanusiaan mereka. Sejak awal keduanya adalah pribadi. Perempuan adalah aku yang lain di dalam kemanusiaan yang sama. Sejak awal penciptaan mereka tampil sebagai suatu kesatuan. Apakah penolong yang sepadan merujuk pada tindakan untuk menaklukkan dunia? Penolong yang sepadan menyangkut seorang teman hidup, yang bersama dia sebagai seorang istri.Â
Mari menghargai dan menghormati kaum perempuan.Â
Dari Rahim perempuan, kita dilahirkan. Dari kelembutan tangannya, kita mendapat suapan nasi dan kasih sayang yang melimpah. Perempuan bukanlah lambang kelemahan melainkan kekuatan dan keberanian. Sudah selayaknya kita menyadari dan memperlakukan mereka dengan kehidupan yang layak mereka dicipta bukan untuk dilecehkan dan dianiaya serta diperlakukan semena-mena. Mereka adalah gambar Allah yang mengisi dunia ini dengan keindahan dan kebaikan. Dan akhirnya dijadikan  sebagai penolong yang sepadan bagi pasangannya.Â
Semoga bermanfaat...