Mohon tunggu...
Dina Febriana Utami
Dina Febriana Utami Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Hai, saya merupakan mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 2 Tahun 2023 di Universitas Ahmad Dahlan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tidak Hanya Berprestasi, tetapi Juga Berkarakter dan Berbudi Pekerti

25 September 2024   03:45 Diperbarui: 25 September 2024   03:45 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kita bangun manusia yang miliki karakter, bukan sekadar kuasai ilmu pengetahuan, tapi juga tangguh kepribadiannya dan berbudi luhur,” Presiden Republik Indonesia ke-6.

            Anak yang mendapatkan juara kelas, juara lapangan, juara olimpiade, dan juara-juara lain baik bidang akademik maupun non-akademik tentu menjadi suatu kebanggaan bagi sekolah, orang tua, dan banyak pihak. Akan tetapi, menjadi juara saja tidak cukup untuk mampu bertahan di kehidupan sekarang. Anak juga harus memiliki karakter dan budi pekerti. Dewasa ini banyak kasus yang terjadi mengenai orang-orang pandai yang tidak bermoral sehingga melakukan kasus korupsi, tindakan asusila, anak-anak yang tidak lagi memiliki rasa hormat kepada guru, dan masih banyak lagi.

            Pendidikan karakter, moral, maupun budi pekerti kini menjadi lebih disorot dalam dunia pendidikan. Urgensi pendidikan karakter di Indonesia semakin digaungkan memasuki era modern penuh teknologi ini. Sebagaimana arahan Presiden RI Joko Widodo yang menyebutkan bahwa untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul (2019 – 2024) diperlukan 5 tindakan strategis, salah satunya adalah pendidikan karakter dan pengamalan Pancasila secara terus-menerus. Hal ini juga selaras dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan bahwa guru harus dapat melaksanakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didiknya secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan lain yang diperlukannya, masyarakat, bangsa, dan negara.

            Pemberian materi dan pembelajaran secara teori mengenai pendidikan karakter tidak akan efektif bila diterapkan pada peserta didik zaman sekarang. Mereka lebih membutuhkan aksi nyata dan pembiasaan. Hal inilah yang terjadi di salah satu sekolah menengah pertama di Yogyakarta, yakni pembiasaan baik pada peserta didik.

            Pembiasaan baik tentu perlu waktu, tidak akan secara instan dapat berhasil begitu saja menjadikan peserta didik berkarakter dan berbudi pekerti. SMP Negeri 1 Banguntapan adalah salah satu sekolah yang giat menerapkan pembiasaan baik dan disiplin positif bagi peserta didiknya. Para guru di sini berusaha untuk menumbuhkan kesadaran pribadi peserta didik untuk mampu bersikap baik, luhur, berkarakter, dan berbudi pekerti. Ada banyak kegiatan yang dilakukan di sekolah ini dalam menerapkan pembiasaan baik, di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Memulai dari Diri Sendiri  

         Hal utama yang selalu diterapkan oleh guru-guru di SMP Negeri 1 Banguntapan adalah memberikan contoh melalui diri sendiri. Guru tidak hanya memerintah kepada peserta didik untuk bersikap baik, berbusana rapi, bertutur kata sopan, dan semacamnya, tetapi juga memberikan contoh nyata melalui figur diri seorang guru yang patut diteladani. Hal inilah yang kemudian mampu memicu atau menggugah kesadaran diri peserta didik sedikit demi sedikit.

      Kegiatan yang diawali dari diri sendiri terlihat dari cara guru berperilaku dan bertutur kata selama pembelajaran di dalam kelas maupun ketika di luar kelas. Adanya contoh nyata dari guru akan menyadarkan peserta didik, untuk selalu menjaga adabnya. Tidak hanya itu, dengan keteladanan yang ditunjukkan secara nyata oleh guru mampu membuat peserta didik menjadi segan untuk berperilaku sesuka hati mereka di depan guru. Dengan demikian, unggah-ungguh adab peserta didik dengan guru dapat tetap terjaga di sekolah.

  • Kegiatan 5S

 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

     Disiplin positif yang diterapkan di sekolah juga dilakukan dalam bentuk pembiasaan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Kegiatan ini dilakukan peserta didik dengan guru mulai dari pagi ketika memasuki lingkungan sekolah, yakni kegiatan bersalaman di pagi hari dari pukul 06.30 hingga 07.00 WIB. Adanya kegiatan ini mampu memperkuat hubungan dan interaksi antara guru dengan peserta didik. Tidak hanya sekadar bersalaman saja, tetapi peserta didik juga diingatkan untuk bersopan-santun dengan menyapa guru. Selain itu, kedisiplinan mereka pun turut diperhatikan, mulai dari kelengkapan seragam, pemakaian seragam yang harus rapi, potongan rambut, dan lain sebagainya. Hal yang tak kalah menarik ketika dilakukannya salaman pagi adalah peserta didik menuntun sepeda yang mereka kendarai dan memarkirkannya sebentar di dekat gerbang, lalu setelah selesai bersalam dengan bapak dan ibu guru yang piket barulah sepeda kembali dituntun sampai parkiran.

      Kegiatan 5S ini juga diberlakukan ketika peserta didik berpapasan dengan guru di lorong kelas, lapangan, kantin, dan tempat mana saja untuk selalu menyapa terlebih dahulu. Tidak hanya itu, apa bila hendak mendahului peserta didik akan secara sadar mengucapkan permisi sembari membungkukkan badan. Tak jarang, banyak pula peserta didik yang berhenti dan menyalami guru sembari sedikit berbincang. Perilaku peserta didik yang demikian, tentu tidak jauh dari peranan guru Bahasa Jawa dan guru mata pelajaran lainnya yang tidak lelah mengajari unggah-ungguh kepada peserta didik.

  • Kesepakatan Kelas

      Kesepakatan kelas biasanya dilakukan di kelas antara peserta didik dengan guru. Dalam penyusunan kesepakatan kelas di SMPN 1 Banguntapan, guru tidak diperkenankan untuk memaksa peserta didik, melainkan haru selalu melibatkan opini peserta didik dengan memberikannya opsi atau pilihan. Pelibatan secara aktif peserta didik dalam pembentukan kesepakatan kelas akan membuat peserta didik merasa bertanggung jawab atas kesepakatan kelas yang ia usulkan atas kelas mereka. Adanya kesepakatan ini juga akan menggugah kesadaran diri peserta didik untuk tidak melanggar segala yang sudah menjadi kesepakatan bersama untuk kebaikan kelas.

  • Pembiasaan Salat Berjamaah dan Salat Sunah

      Salat berjamaan dan salat sunah Duha juga menjadi sasaran dalam disiplin positif ataupun pembiasaan baik. Pada praktiknya, guru tidak memaksa peserta didik untuk beribadah, tetapi guru membangun kesadaran diri dan tanggung jawab untuk beribadah sesuai dengan kepercayaannya. Pembiasaan salat berjamaan dan salat sunah ini pun telah berlangsung dengan baik. Setiap kelas memiling presensi salat masing-masing, meskipun demikian, sebagian besar peserta didik sudah memiliki kesadaran sendiri untuk melaksanakan ibadah bahkan secara tepat waktu.

  • Diskusi Perwalian

      Diskusi perwalian biasanya dilakukan antara wali kelas dengan seluruh peserta didik di dalam kelas. Kegiatan perwalian ini membuka ruang diskusi antara wali kelas dengan peserta didik untuk kemajuan kelas. Selain itu, wali kelas juga selalu memberikan penguatan tentang pendidikan karakter dan budi pekerti peserta didik, motivasi belajar, dan masih banyak lagi. Adanya kegiatan perwalian merupakan salah satu sarana yang efektif dalam menumbuhkan dan menguatkan karakter peserta didik, akhlak mulia, dan menciptakan lingkungan kelas bahkan sekolah yang aman dan nyaman bagi peserta didik.

            Adanya upaya-upaya tersebut menjadikan sekolah tidak hanya sebagai tempat untuk menerima ilmu pengetahuan secara teoretis saja, tetapi juga rumah kedua bagi peserta didik. Disiplin positif yang diterapkan di sekolah diharapkan mampu menjadi solusi untuk keadaan moral bangsa sekarang ini dengan membentuk karakter kuat peserta didik yang lebih baik, berbudi pekerti luhur, berprestasi, dan menciptakan lingkungan sekolah yang aman serta nyaman. Dengan demikian lulusan SMP Negeri 1 Banguntapan tidak hanya berprestasi dan cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter kuat, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia serta siap menghadapi tantangan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun