Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa (Iyus Yosep, 2007). Remaja adalah fase dimana sesorang beranjak dewasa, mengalami perubahan emosional,pola pikir yang lebih matang serta tingkah laku dan kepribadian. Setiap orang pasti pernah berada dititik dimana ia mengalami berbagai masalah di hidupnya. Jika seseorang mudah putus asa dan tidak kuat menghadapi masalah pada hidupnya, pasti orang tersebut akan mengalami depresi atau bahkan bisa menjadi stress. Depresi tidak hanya dialami oleh orang dewasa tetapi anak-anak dan remaja juga bisa mengalaminya. Banyak yang menganggap depresi bukanlah benar-benar gangguan mental, padahal jika depresi dibiarkan akan berdampak buruk bagi penderitanya. Depresi yang dibiarkan berlarut akan memperburuk pikiran serta kesehatan tubuh.
Depresi seringkali menjadi bahan bercandaan, saat sedang merasa lelah karena tugas yang menumpuk, seringkali seseorang mengatakan bahwa ia depresi. Tapi apakah setiap seseorang mengatakan depresi, mereka benar-benar dalam keadaan depresi? tentu saja bisa, karena depresi dapat menyerang siapapun dalam keadaan apapun. Namun seringkali ketika seseorang dalam keadaan sedih langsung menyimpulkan bahwa ia mengalami depresi. Depresi dapat terjadi pada perempuan ataupun laki-laki. Pola depresi pada perempuan sering ditandai dengan kecemasan; menuduh diri sendiri, menghindari komunikasi dengan orang lain, mudah kelelahan, nafsu makan menurun atau bahkan meningkat, kesulitan untuk tidur (insomnia). Faktor hormanal pada wanita merupakan peranan yang kuat pada perubahan suasana hati (mood). Sedangkan laki – laki, depresi ditandai dengan gejala, seperti penurunan motivasi, serangan panik komorbiditas.
Di era sekarang menunjukkan bahwa depresi paling banyak diderita oleh remaja, karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental remaja. Seiring berjalannya waktu jumlah remaja dengan gejala depresi terus meningkat. Pada tahap remaja kebanyakan anak muda mengalami depresi yang berulang-ulang karena suatu masalah tertentu, seperti tekanan keluarga (orang tua terlalu banyak menuntut anak dalam suatu hal), memburuknya komunikasi antara keluarga dan teman, ketidakmampuan untuk menjadi apa yang orang lain harapkan, kehilangan pasangan, dan yang paling sering kita dengar dari kalangan mahasiswa yang depresi karena skripsi. Sebagai akibatnya, mereka berisiko mengalami perkembangan depresi pada tingkat yang menyulitkan.
Seseorang yang mengalami depresi tidak selalu berpenampilan sedih, orang yang mengalami depresi tidak akan mengakui bahwa dirinya mengalami depresi. Rata-rata orang depresi tidak melakukan hal-hal yang dia senangi lagi, misalkan dia menyukai olahraga, maka dia akan meninggalkannya, kemudian lebih senang menyendiri, menarik diri dari lingkungan sekitar, minim interaksi dengan orang terdekatnya. Dampak depresi pada remaja dapat menyebabkan sikap negatif,seperti; rasa marah yang berlebihan, mudah tersinggung, sulit berhungan dengan orang baru, merasa kesepian, menyakiti diri sendiri (memukul diri sendiri, mencubit kulit hingga terluka, mencabut rambut), dan penyalahgunaan zat terlarang (alkohol dan obat – obatan terlarang). Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi, yaitu; membentuk atau membuat jadwal harian yang dapat membantu perlahan penderita kembali ke rutinitas normalnya, tidur yang cukup, mengubah pola pikir ke hal – hal yang positif, mengunjungi psikolog atau psikiater untuk membantu memotivasi diri dan memberikan jenis pengobatan yang cocok bagi penderita depresi, mencoba menantang diri untuk ke hal – hal yang positif dan melakukan kegiatan baru yang disenangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H