Nyatanya kita tidak asing dengan profesi guru BK di sekolah. Guru yang bertugas buat mendampingi, berikan arahan, hingga menolong menuntaskan permasalahan yang dipunyai oleh siswa. Kerapkali siswa mempunyai hambatan dalam pendidikan, memerlukan tempat buat menceritakan, menanggulangi permasalahan individu, serta yang tidak kalah berarti siswa memerlukan bimbingan karir. Seluruh perihal tersebut membutuhkan penindakan dari seseorang konselor lulusan dari jurusan bimbingan konseling.
Guru BK diperlukan untuk menuntaskan permasalahan para siswa, serta bertugas dalam memusatkan atensi serta bakat siswa yang positif. Guru BK menolong siswa membuat keputusan tentang pembelajaran yang hendak ditempuhnya, serta ataupun karir yang hendak dikejarnya. Pastinya, komunikasi sangatlah berarti supaya sepanjang tahap konseling berlangsung secara efisien.
Bersumber pada hasil Zoom SEMARAK BK, DIBIKONS( Diskusi Bimbingan dan Konseling) yang dilaksanakan pada Pekan,( 28/ 07/ 2024).Â
Prof. Dr. Mochammad Nursalim, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, menyampaikan bahwa komunikasi terapeuik ialah salah satu komunikasi yang wajib dipahami oleh guru BK. Komunikasi terapeuik sendiri ialah komunikasi yang menyembuhkan, dimana konselor bertabiat solutif membantu permasalahan untuk siswa, bukan malah memunculkan permasalahan untuk siswa. Apabila dari bahasa konseling, komunikasi terapeutik disebut dengan keterampilan dasar konseling.
Terdapat 10 keterampilan komunikasi terapeutik yang harus dikuasai, antara lain:
1. Attending
Keterampilan penerimaan konselor lewat perhatian. Contohnya semacam menanggapi salam konseli, jabat tangan, anggukan, dipersilahkan duduk serta mengatur jarak tempat duduk, dan diberi minum apabila konseli masih gemetar. Dengan begitu, konseli hendak merasa diterima serta hendak menghasilkan kenyamanan untuk konseli.
2. Membuka percakapan
Keterampilan konselor untuk memulai sesi konseling.
3. Bertanya
Keterampilan untuk mengajukan pertanyaan, yang dibagi menjadi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Disaat konseling, harapannya tidak sangat banyak memakai pertanyaan tertutup.
4. Parafrase
Keterampilan konselor dalam mengulang inti dengan bahasa yang lebih ringkas.
5. Empati
Keterampilan konselor untuk menguasai perasaan dari sudut konseli, dapat dalam wujud verbal serta non verbal.
6. Klarifikasi
Keterampilan konselor dalam mendorong konseli untuk memperjelas sesungguhnya apa yang dialami konseli dikala itu.