Mohon tunggu...
Dina Ayuia
Dina Ayuia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Psikilogi di Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Gender dalam Konstruksi Identitas Sosial dalam Perspektif Psikologi

25 Juli 2023   10:26 Diperbarui: 25 Juli 2023   10:31 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gender telah lama menjadi fokus perhatian dalam bidang psikologi sebagai salah satu dimensi penting dalam konstruksi identitas sosial. Dalam perspektif psikologi, identitas sosial dipandang sebagai hasil dari interaksi kompleks antara individu dan masyarakat di mana gender memainkan peran yang sangat penting. Gender bukanlah hanya tentang perbedaan biologis antara pria dan wanita, tetapi juga melibatkan cara individu memahami, mengekspresikan, dan menginternalisasi peran dan norma-norma yang ditetapkan oleh masyarakat.

Pada tingkat masyarakat, peran gender mencerminkan konstruksi sosial yang bervariasi di berbagai budaya. Norma-norma dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu memahami dan mengartikan gender, serta menentukan ekspektasi dan tuntutan yang diberikan kepada individu berdasarkan jenis kelamin mereka. Melalui proses sosial yang kompleks, individu memperoleh identitas gender mereka melalui internalisasi norma-norma dan peran-peran yang diberikan kepada mereka dalam masyarakat.

Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran gender dalam konstruksi identitas sosial dari perspektif psikologi. Dalam kajian ini, akan digunakan pendekatan psikologi untuk menganalisis bagaimana peran agen sosial, norma budaya, dan sistem simbolik mempengaruhi konstruksi gender dalam masyarakat. Konsep sosial seperti feminisme, teori queer, dan teori sosial lainnya akan digunakan untuk meluaskan pemahaman tentang peran gender dalam masyarakat.

Peran gender dalam konstruksi identitas sosial juga melibatkan pemahaman tentang pengaruh gender terhadap akses individu terhadap sumber daya dan kesempatan sosial. Pada banyak masyarakat, peran gender yang ditetapkan secara tradisional dapat menyebabkan ketimpangan sosial dan kesenjangan dalam hal pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan partisipasi politik. Melalui pemahaman mendalam tentang peran gender dalam konstruksi identitas sosial, kita dapat mengidentifikasi tantangan dan peluang untuk mempromosikan kesetaraan gender dan keadilan sosial.

Penelitian sebelumnya telah memberikan wawasan penting tentang konstruksi gender dalam masyarakat. Namun, ada kebutuhan untuk terus menjelajahi peran gender dalam identitas sosial dengan mempertimbangkan perubahan sosial, globalisasi, dan dinamika budaya yang terus berkembang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memperkaya pemahaman kita tentang kompleksitas gender dan identitas sosial, serta implikasinya terhadap kehidupan sehari-hari individu dan masyarakat.

Dalam penelitian ini, akan digunakan metode penelitian psikologi yang melibatkan pengamatan partisipatif, wawancara, dan analisis budaya. Melalui pendekatan ini, diharapkan akan diperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang peran gender dalam konstruksi identitas sosial. Penelitian ini juga akan melibatkan analisis literatur yang luas dari berbagai sumber untuk memperoleh perspektif yang holistik.

Olehkarena itu, pendahuluan ini memberikan gambaran umum tentang peran gender dalam konstruksi identitas sosial dari perspektif psikologi. Identitas sosial dipandang sebagai hasil interaksi kompleks antara individu dan masyarakat di mana gender memainkan peran sentral. Dalam penelitian ini, akan dijelaskan bagaimana peran agen sosial, norma budaya, dan sistem simbolik mempengaruhi konstruksi gender dalam masyarakat. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan baru tentang kompleksitas gender dan identitas sosial, serta memberikan kontribusi dalam upaya mempromosikan kesetaraan gender dan keadilan sosial.

Melalui pendekatan psikologi, penelitian ini akan menganalisis konstruksi gender dalam masyarakat dengan memperhatikan peran agen sosial. Agen sosial merujuk pada individu-individu dan kelompok-kelompok yang memiliki pengaruh dalam membentuk konstruksi gender. Mereka termasuk keluarga, teman sebaya, lembaga pendidikan, media massa, dan institusi keagamaan. Agen-agen ini berperan dalam mempertahankan dan mentransmisikan norma-norma gender yang ada dalam masyarakat.

Norma budaya juga memainkan peran penting dalam konstruksi gender. Setiap budaya memiliki norma-norma yang memandu perilaku dan peran gender yang diharapkan dari individu berdasarkan jenis kelamin mereka. Norma-norma ini mencakup harapan terhadap sikap, perilaku, dan penampilan fisik yang dianggap sesuai dengan peran gender tertentu. Misalnya, dalam beberapa budaya, pria diharapkan memiliki sifat yang dominan dan kuat, sementara wanita diharapkan bersifat lembut dan perhatian. Norma-norma ini memengaruhi cara individu memahami diri mereka sendiri dan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat.

Selain itu, sistem simbolik juga berperan dalam konstruksi gender. Sistem simbolik melibatkan bahasa, simbol, dan representasi budaya yang digunakan dalam memahami dan mengartikan gender. Bahasa, sebagai salah satu komponen utama sistem simbolik, memiliki peran sentral dalam membentuk persepsi kita tentang gender. Melalui bahasa, norma-norma gender dinyatakan, dan peran-peran gender diberikan makna dan nilai. Selain itu, simbol-simbol seperti warna, pakaian, dan objek budaya lainnya juga digunakan untuk mengkomunikasikan dan memperkuat konstruksi gender dalam masyarakat.

Dalam konteks identitas sosial, individu menginternalisasi peran-peran gender dan norma-norma yang diberikan kepada mereka dalam masyarakat. Proses internalisasi ini melibatkan pembelajaran dan adopsi peran-peran gender yang diharapkan, serta penyesuaian diri dengan ekspektasi sosial terkait gender. Identitas gender individu juga diekspresikan melalui perilaku, penampilan, dan identifikasi dengan kelompok-kelompok gender tertentu. Misalnya, seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai pria mungkin akan mengadopsi perilaku dan gaya berpakaian yang sesuai dengan norma-norma gender pria dalam masyarakatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun