Beberapa pekan terakhir, dunia perbukuan kembali menjadi perbincangan dan sorotan hangat, lagi-lagi dengan permasalahan yang tidak kunjung usai, yakni pembajakan buku, di mana salah satu Chef ternama Devina Hermawan yang menemukan buku hasil karyanya dibajak hingga dijual bebas dengan harga murah di salah satu aplikasi pasar online (marketplace Shopee).
Buku Chef Devina yang dibajak oleh oknum berjumlah 2, yakni Buku Yummy! 76 Menu Favorit Anak (terbit tahun 2021) dan Buku Indonesia Fusion Foods (terbit pada 2019).
Bahkan, yang paling mengagetkan dan menjengkelkan adalah buku yang telah dibajak tersebut dijual seharga bayaran parkir, dari mulai 800 (perak) sampai 2.000 rupiah.
"Mana ada buku resep yang dijual di harga Rp 2.000, lebih murah dari biaya parkir motor di warung." ujar Chef Devina pada keterangan tertulis di laman Tempo.
Sontak, ketika mendengar berita tersebut miris betul, terlebih Chef yang juga sangat aktif membagikan berbagai resep terbaik di kanal Youtubenya mengungkapkan, bahwa butuh waktu 6 bulan untuk bisa menerbitkan buku hasil karyanya, belum lagi ada banyak proses yang harus dijalani saat menulis untuk mendapatkan hasil yang akurat, dari mulai memilih ragam menu, mencoba/menguji resepnya, menakar bahan-bahan hingga komposisinya, menentukan/mengatur metode memasaknya, fotografi, hingga buku tersebut terbit.
Buku, sudah melekat di kehidupan manusia. Sejak masa prasekolah biasanya orang tua sudah mulai mengajarkan kita untuk mengeja dan membaca, dari situ sudah mulai rutin menggunakan buku-buku. Bahkan, sejak bayi orang tua kita juga kerap membacakan ragam cerita dan berbagai buku cerita mulai dikoleksi.
Antara penulis dan penerbit saling bersinergi untuk terus melahirkan ribuan karya. Tetapi sayangnya, usaha mereka dan apapun genre buku yang mereka lahirkan, masih minim untuk mendapatkan penghargaan dari sebagian pembaca.
Layaknya wabah, pembajakan buku sulit dicegah, semakin hari malah semakin bertambah.
Dalam aktivitas jual-beli buku sendiri, tentu yang diinginkan dari sisi penulis dan juga penerbit adalah bagaimana karya-karyanya bisa dihargai. Caranya pun sederhana sekali, yakni dengan membeli karya bukunya dengan versi original yang resmi dikeluarkan oleh penerbit.
Tetapi, begitu sudah memasuki bulan-bulan akhir tahun 2024 ini masih mendengar pembajakan buku semakin lincah berselancar liar di pasaran, tentu sudah menjadi bukti bahwa tantangan dan musuh besar dari penulis dan penerbit bukan hanya dari sisi pembeli, melainkan oknum pengedar buku bajakan yang sudah menjadi industri besar. Tanpa minat pembeli yang tinggi, oknum pengedar tidak akan berubah wujud menjadi besar.
Kategori Pembeli & Pembaca Buku
Sebelum lebih mendalam, perlu diketahui bahwa dari sisi pembeli dan pembaca buku sendiri terbagi menjadi empat kategori, diantaranya: