Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hidup pada dunia puisi dan literasi yang berkiprah pada penulisan buku serta media. | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Book-Shaming": Racun Penghakiman Pencinta Buku

9 Juni 2024   08:17 Diperbarui: 9 Juni 2024   12:20 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kamu pernah mendengar book-shaming? Atau bahkan kamu pernah mengalaminya? Bagi sebagian orang khususnya pencinta buku mungkin sudah tidak asing lagi dengan book-shaming, dan bagi bagian sebagian yang lainnya mungkin baru saja mendengar sebutan 'book-shaming'.

Istilah atau sebutan book-shaming sendiri mencuat sudah beberapa tahun terakhir ini di dunia buku, yakni merupakan tindakan seseorang (seperti berkomentar negatif atau merendahkan atau menghina) pembaca buku karena genre-genre tertentu yang disukai. Singkatnya, mengejek pilihan buku bacaan seseorang. Alhasil, membuat si pembaca tersebut tampak merasa malu, bahkan sampai tidak percaya diri lagi.

Sebagai contoh, seperti narasumber bernama Kak Vira yang mengungkapkan pengalamannya melalui Kompas.id, di mana beliau merupakan pencinta buku-buku komik romansa hingga mengoleksinya, namun kegemarannya itu justru dicap 'alay' oleh kakaknya sendiri, menurutnya hal tersebut bercanda, akan tetapi jadi menimbulkan rasa kurang nyaman pada dirinya.

Penyebab terjadinya book-shaming karena beberapa hal, dua diantaranya seperti dari opini seseorang terhadap genre bacaan yang disukai oleh orang lain (si pembaca), dan bisa juga karena ketidaktahuan seseorang terkait latar belakang si pembaca yang mungkin saja sudah kebiasaan berkat didikan orang tua atau memang sudah memiliki hobby membaca sejak ia kecil.

Melansir dari Sintiaastarina.com, ada tiga ciri-ciri book-shaming, berikut diantaranya.

1. Mengkotak-Kotakan Si Pembaca 

Book-shaming bisa terjadi karena hadirnya anggapan atau pandangan yang mengkotak-kotakan pembaca dari segi genre, umur, bahkan hingga gender. Seperti misalnya, buku-buku fiksi komik hanya pantas dibaca oleh anak-anak, orang dewasa cocoknya baca yang berat-berat seperti tentang politik, dan sebagainya.

Sebagai contoh, ketika duduk dibangku SMA ada teman yang suka sekali membaca buku-buku komik, kalau lagi ada jam kosong di kelas terkadang ia isi dengan membaca komik. Namun, suatu waktu ada yang mengomentari dirinya, "Sudah SMA kok bacanya komik". Orang-orang yang berkomentar menganggap bahwa, seusia beliau lebih pantas membaca buku-buku yang selaras dan pas, seperti buku-buku self improvement, atau buku-buku novel.

2. Merendahkan dan Menghakimi Bacaan Seseorang

Kedua, ketika seseorang merendahkan buku bacaan orang lain karena menurutnya kurang pantas atau tidak selaras. Selain itu, penghakiman bisa terjadi karena melihat kebiasaan seseorang yang memang suka atau hobby membaca buku, entah di ruang kelas, ataupun di ruang terbuka, namun si pembaca justru diberi label seperti 'Sok pintar', 'Kutu buku' dan sebagainya. Tanpa disadari label atau cap yang diberikan tersebut dapat membuat si pembaca jadi minder atau malu.

Melansir dari Kompas.id, seperti pengalaman yang diungkap oleh narasumber bernama Kak Nabila seorang Literatour, di mana ketika masa sekolah ia suka menyelipkan waktu mainnya untuk membaca buku ketimbang main di lapangan atau di kantin seperti teman lainnya, namun kebiasaannya itu justru dianggap sebagai anak aneh. Padahal menurutnya, ketika membaca di ruang publik bukanlah ingin dilihat sebagai anak yang pintar, melainkan bentuk dari kesukaannya terhadap membaca.

3. Merasa Buku yang Dibaca Jauh Lebih Keren

Masih dari laman yang sama, diungkap bahwasannya book-shaming terjadi disaat diri pelaku merasa buku bacaannya jauh lebih keren dan berisi, seperti genre yang biasa dibaca misalnya dari sastra dan ditulis oleh legenda-legenda sastra ternama, sehingga menutup diri untuk membaca genre-genre lainnya namun juga membuatnya menjadi kurang suka sampai merendahkan pembaca lain yang menyukai genre berbeda.

Ikut Terpengaruh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun