Pendidikan Pancasila atau yang dikenal dengan PPKn merupakan mata pelajaran yang wajib ditempuh mulai jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas bahkan di jenjang perguruan tinggi. Mata pelajaran ini mengajarkan tentang nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan tata nilai kebangsaan serta kewarganegaraan. Pendidikan Pancasila bertujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik tentang landasan ideologis dan nilai-nilai yang menjadi dasar negara Indonesia, serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan Pancasila merupakan mata pelajaran yang berfungsi untuk membentuk karakter peserta didik. maka artinya pendidikan bukan hanya untuk mencerdaskan intelektual saja namun juga pembentukan karakter peserta didik.
Namun sayangnya, mata pelajaran Pendidikan Pancasila terkadang dianggap membosankan karena sifatnya yang subtansial. Kondisi ini cenderung menurunkan hasil belajar anak pada mata pelajaran tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran, Pendidikan Pancasila juga lebih sering disampaikan melalui metode ceramah saja. Disisi lain hal yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Pancasila ini yaitu penggunaan pendekatan pembelajaran oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Selain ketepatan dalam memilih metode dan media pembelajaran, guru juga harus bisa menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan budaya atau kehidupan nyata dari peserta didik. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik lebih tertarik dengan materi yang disampaikan dan mudah terserap dengan baik.
Untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa pendekatan inovatif dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila telah dikembangkan, salah satunya adalah menerapkan Culturally Responsive Teaching (CRT) sebagai pendekatan pembelajaran. Culturally Responsive Teaching (CRT) merupakan pendekatan yang menghargai keberagaman budaya di dalam kelas sehingga mendukung pembelajaran bermakna dengan tujuan peningkatan hasil belajar peserta didik. Pendekatan CRT menekankan pada berbagai teknik yang terkait dengan integrasi budaya dan latar belakang serta karakteristik. Dalam hal ini, guru menyampaikan materi pembelajaran dengan mengaitkan terhadap budaya dalam kehidupan nyata peserta didik. Selain itu, pendekatan CRT juga dapat meningkatkan kearifan siswa secara tidak langsung.
Melalui pendekatan CRT, guru bisa menyatukan budaya peserta didik ke dalam proses pembelajaran. Sebab CRT merupakan strategi pengajaran yang mengakui keberagaman budaya siswa dalam belajar. Maka dari itu, pembelajaran dengan penerapan CRT ini bisa menciptakan lingkungan belajar yang aktif terhadap kebudayaan peserta didik itu sendiri. Pendekatan CRT dipilih karena kemungkinan peserta didik bisa melihat hubungan dan makna materi pelajaran berdasarkan atas pengalaman kehidupan mereka. Sehingga akan muncul pemahaman yang lebih tinggi terkait dengan materi pembelajaran.
Materi yang bisa digunakan ketika guru menerapkan CRT pada mata pelajaran PPKn, misalnya dengan menggunakan contoh dan kasus yang berkaitan dengan budaya peserta didik berhubungan pada realitnya dan ekplorasi budaya orang lain. Melalui penerapan CRT, selama pembelajaran Pendidikan Pancasila diharapkan peserta didik dapat lebih memperhatikan pembelajaran dari guru dan dapat menerima pembelajaran dengan maksimal. Tentunya hal tersebut akan membuat peserta didik lebih tertarik, lebih antusias, dan dapat memperoleh peningkatan dalam hasil belajarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H