Sekarang ini memasuki musim bulan- bulan rawan bagi para mahasiswa. Banyaknya mahasiswa yang menghadapi stres dikarenakan menghadapi ujian. Bagi mahasiswa umum mereka lagi dilanda ujian tengah semester, sedangkan mahasiswa tingkat akhir semester dilanda dengan penyusunan skripsi dan ujian sempro. Dalam hal tersebut banyak dari para mahasiswa melakukan pendekatan metodologi studi islam untuk memberikan panduan dan solusi yang relevan untuk mengatasi tekanan dan stres yang dialaminya.
Islam mengajarkan pentingnya keseimbangan antara usaha dan tawakal. Stres sering kali muncul dari tekanan yang dirasakan ketika mahasiswa berusaha memenuhi ekspektasi akademis. Dalam perspektif Islam, mengingat bahwa segala sesuatu berada dalam kendali Allah dapat menjadi sumber ketenangan. Mahasiswa diajarkan untuk berdoa dan berserah diri, sehingga mereka dapat mengurangi beban pikiran dan meningkatkan fokus pada tugas yang ada. Dalam hal ini banyak mahasiswa yang menyakini bahwa segala sesuatu dikendalikan allah dan allah mengetahui apa yang terbaik bagi hambahnya dan mereka berdiri teguh pada prinsip surah Al-Baqarah ayat 286. Dalam surat ini dinyatakan bahwa allah tidak akan membebani seseorang melaikan sesuai dengan kemampuannya.
Pendekatan ibadah yang dilakukan mahasiswa cukup unik dan bermacam-macam. Apalagi pada saat sekarang khususnya di kota Surakarta ini banyaknya, bermacam kajian pengajian dan bersholawat dalam rangka memperingati maulid nabi. Pada saat ini banyak mahasiwa yang berlomba-lomba untuk datang ke acara itu untuk beribadah dan hiling sejenak untuk menghilangkan stres. Adapun mahasiswa yang berziarah ke makam para tokoh islam.
Ada beberapa hal yang bisa diterapkan mahasiswa dalam tatacara pendekatan fiqih dalam menghadapi stress.
1.Meningkatkan frekuensi doa dan dzikir untuk meraih ketenangan hati. Mahasiswa bisa melaksanakan shalat dan membaca Al-Qur'an sebagai bentuk pendekatan spiritual.
2. Mengingatkan diri untuk berserah kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin dalam belajar. Tawakkal membantu mengurangi tekanan mental.
3. Menggunakan pendekatan istihsan (memilih yang lebih baik) dalam menghadapi masalah, seperti memilih metode belajar yang paling efektif untuk diri sendiri.
4. Mengambil keputusan berdasarkan pemahaman pribadi terhadap situasi yang dihadapi, seperti mengatur waktu belajar dan istirahat dengan bijak.
5. Melakukan muhasabah (introspeksi) untuk membersihkan jiwa dari rasa cemas dan negatif serta meningkatkan motivasi.
Tentunya setiap ibadah yang dilakukan setiap orang berbeda-beda bergantung pada Mazhab yang mereka ikuti. Walaupun demikan hal itu tidak terlepas pada tujuan yang sama dalam mencari petunjuk dan keridhaan allah. Semoga solusi dari pendekatan fiqih ini dapat mengurangi beban stress yang dihadapi mahasiswa dan mengurangi tingkat keputus-asaan para mahasiswa yang ingin mengakhiri hidupnya karena dilanda kestresan yang dialami. Banyak hal positif yang bisa dilakukan untuk menjaga ketenangan mental dalam menjalani hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H