[caption id="attachment_325387" align="aligncenter" width="300" caption="PGRI, SEBAGAI ORGANISASI PROFESI GURU SANGAT STRATEGIS DALAM PENDIDIKAN (Sumber : Group Facebook Pasundan)"][/caption]
Paling tidak ada tiga latar belakang mengapa pendidikan politik bagi pemilih pemula itu sangat penting, baik pemilih pemula yang ada di Pesantren, Kampus maupun Sekolah. Tiga hal tersebut adalah :
1.Bonus Demografi Indonesia Mulai Tahun 2010 - 2030
Menurut guru besar demografi Universitas Indonesia Prof. Dr Sri Moertiningsih Adioetomo, Indonesia sudah mendapat bonus demografi mulai 2010 dan akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2020 hingga tahun 2030. Berdasarkan data BPS hasil sensus penduduk tahun 2010 angka rasio ketergantungan kita adalah 51,3% (lihat grafik). Bonus demografi tertinggi biasanya didapatkan angka ketergantungan berada di rentang antara 40-50%, yang berarti bahwa 100 orang usia produktif menanggung 40-50 orang usia tidak produktif.
Kalau dipilah ke dalam kelompok desa dan kota, maka angka ketergantungan di perkotaan sudah mencapai angka 46,6%, artinya sudah masuk dalam rentang “masa keemasan” bonus demografi. Sementara untuk pedesaan masih bertengger di angka 56,3%. Yang juga menarik dari data tersebut adalah bahwa sekitar 34% dari masyarakat kita berada di rentang usia muda (15-35 tahun) yang sangat produktif. Kaum muda harapan bangsa inilah yang akan menjadi engine of growth yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kencang lagi.
Karena itu “kesempatan seabad sekali” ini harus kita manfaatkan sebaik mungkin dengan meningkatkan kualitas SDM, terutama kita-kita yang saat ini berada di rentang usia produktif 15-64 tahun. Yang wirausahawan harus makin canggih mengintip peluang dan mengelola sumber daya. Yang profesional harus membangun kompetensi yang makin kompetitif secara global. Yang buruh pabrik haruslah makin terampil dan memiliki kualitas kerja excellent. Begitu juga para pemilih pemula di Pemilu 2014 harus benar-benar dioptimalkan, suaranya harus diselamatkan jangan disia-siakan demi kebaikan bangsa dimasa yang akan datang.
2.Perubahan Trend Pembanguna Dunia dari MDGs ke SDGs
Trend pembangunan dunia saat ini yang sudah mulai akan berubah dari MDGs (Milenium Development Goals) menjadi SDGs (Sustainability Development Goals) mulai tahun 2015. Di tingkat regional selain ada ASEAN ada juga AFTA atau APEC serta yang lainnya. Perubahan trend pembanguna akan membawa dampak ekonomi, sosial, mapun politik kepada masyaraktnya.
Pemilih pemula pada tahun 2014 yang jumlahnya cukup besar harus mengerti dan memahami partai mana yang sudah mempersiapkan atau paling tidak mengantisipasi pola perubahan dunia ini, calon presiden mana yang melek komunikasi, informasi dan teknologi serta adaptif terhadap perubahan global yang ada, serta calon anggota dewan yang mana yang mengerti tentang MDGs atau SDGs.
Jika hal-hal di atas tadi sudah kita pikirkan dan kita antisipasi maka hal itu merupakan langkah awal bagi kebahagiaan hidup kita dimasa yang akan datang. Jangan sampai kita menyesal karena kebodohan kita sendiri atau karena keteledoran kita dalam memberikan kepercayaan kepada orang-orang yang kurang pandai menjaga amanah dan kurang mahir atau kurang profesional dalam menunaikan tugas dan amanahnya.
3.Tanggung Jawab Pendidikan Mencari Model Manusia Abad 21
Mencari dan menemukan sosok model manusia abad 21 adalah tugas pokok dari lembaga pendidikan. Sedangkan lembaga politik adalah ibarat mesin untuk memproses bahan utama tadi sesuai dengan visi yang kita harapkan. Jika petani yang baik adalah petani yang menghasilkan padi atau gabah kering yang bermutu maka mesin heleran adalah alat untuk mengolah padi menjadi beras. Selanjutnya akan dioleh kembali sesuai dengan kebutuhan.
Maka sosok pribadi atau organisasi yang ideal untuk menghadapi tantangan pada abad 21 adalah sosok yang memiliki semangat untuk mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan ini, misalnya agama dalam kontek keyakinan, sosial dalam kontek kemanusiaan, dan pancasila dalam kontek ke-Indonesia-an. Aktualisasi tersebut meliputi 3 hal yaitu afiliasi (komitmen dengan kesholehan pribadinya), partisipasi (komitmen dengan kesholehan sisialnya) dan kontribusi (komitmen dengan prinsip perjuangan dan kepahlawananya).
Tanggung jawab pendidikan politik tidak kalah pentingnya bagi pemilih pemulia khususnya dan pemilih lanjutan pada umumnya. Sebagaimana kita mempersiapkan anak, peserta didik dan murid ketika memasuki akil baligh (dewasa) dengan pendidikan keimanan, pendidikan moral, pendidikan fisik, pendidikan intelektual, pendidikan psikologis, pendidikan sosial dan pendidikan seksual. Semoga risalah yang singkat ini memberikan manfaat meskipun sedikit. Semangat kami adalah dalam rangka membantu KPU untuk meminimalisir julmlah golput. Wallahu a’lam [DM].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H