Sebagai bagian dari kehidupan kita saat ini, dunia politik selalu member kejutan, dinamika dan situasi yang menjadikan kita sebagai penonton, atau pengamat atau pemain sekaligus menjadi penasaran. Dimulai dari PILKADA, PILGUB, PILEG sampai tadi siang PILPRES.
Yang membuat kondisi semakin “dramatic, misterik dan menarik” adalah dengan adanya hanya dua pasangan pada PILPRES 2014. Sehingga polarisasi kubu kekuatan hanya ada dua atau tiga pilihan, yakni berpihak ke salah satu kubu A, berbeda kubu yaitu di kubu B, atau netral.
Persaingan sudah terasa dimulai dari tahap pencapresan dan proses konsolidasi kekuatan koalisi, tahap deklarasi, tahap kampanye, tahap masa tenang, tahap hari H pemilihan (9 Juli 2014) sampai pada tahap hasil pemilihan baik Quict Count atau Real Count maupun hasil resmi dari pihak penyelenggara yaitu KPU sampai berlanjut nanti pada tahap uji keberata di MK.
Kita berharap tahap-demi tahap penyelenggaraan Pilpres tadi tidak ada halangan dan gangguan kepada kedua belah pihak. Khusus pada tahap yang benar-benar menegangkan seperti yang terjadi pada Rabu tadi siang mulai jam 13.00 s/d 00.dini hari atau mala mini. Ada hal yang menarik untuk diperhatikan yakni kedua kubu masing-masing merujuk kepda hasil QC di TV One dan Metro TV.
Jadilah akhirnya “pertarungan” berpindah dari satu pihak lembaga survey dengan pihak lembaga survey lainnya, seolah kita lupabahwa ini yang berkompetisi adalah lembaga surveynya bukan Capresnya. Tapi tidak mengapa selama lembaga survey itu bedasarkan landasan data dan metodologinya itu bagian dari demokratisasi lembaga survey.
Untuk itulah maka kita harus kembali kepada substansi Pilpres yang sebenarnya, yakni kemenangan bertingkat yang dimulai dari kemenangan di TPS (beberapa RT), Di zona Kampung atau Perumahan (KORSAK), di PPS (beberapa RW), di PPK (Kecamatan) di Kab/Kota, di Propinsi sampai di Pusat (KPU).
Saya menyaksikan di pihak Prabowo-Hatta melalui berbagai macam pengamatan baik media maupun langsung terjadi kemenangan yang bertingkat seperti yang diceritakan tadi di atas sebagai contoh di PPS kami :
TPS 55 VMG 2 = Prabowo-Hatta : 292 vs Jokowi-JK : 254 tidak sah : 3
Korsak VMG 2 = Prabowo-Hatta : 1.631 vs Jokowi-JK : 1.435 tidak sah : 21
Tingkat Desa Kr satria = Prabowo-Hatta : 18.XXX vs Jokowi-JK : 15.XXX
Tingkat Kec. Tambun Utara = Prabowo-Hatta : 59 % vs Jokowi-JK : 40 %
Tingkat Kokab Bekasi & Jawa Barat = Prabowo-Hatta : 61 % vs Jokowi-JK : 39 %
Sementara di pihak lembaga survey yang lain dengan televisinya yang mendukung Jokowi-JK terjadi kemenangan yang langsung di puncak Quict Count mulai dari 49 % VS 52 % meski menurut pihak Prabowo-Hatta saat itu masih dalam proses data masuk sekitar 70 %% dan seterusnya. Saya jarang sekali melihat di media, pihak pendukung Jokowi-JK merilis data-data yang secara masif bertingkat dari bawah seperti yang ada di pihak Prabowo –Hatta.
Makawajar jika Mahfudz MD selaku Timses Nasional meminta adu data di yang ada di tingkat TPS melaui saksi-saksi handal yang digalang dan dikordinir oleh PKS. Kita lihat saja prosesnya tahap demi tahap mulai dari PPS, PPK, KPUD Kokab, KPUD Propinsi sampai KPU Pusat, Tampaknya PKS yang sudah mengikuti 4 kali Pemilu siap beradu data itu dalam rangka mengawal dan menjaga suara Prabowo-Hatta.
#KemenanganItudiC1danKPU #TuntaskanPekerjaan Agar kemenangan itu Kemenangan Bertingkat Bukan Kemenangan hanya di Puncak QC
Kita ikuti saja segmen selanjutnya, Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H